Pagi itu aku bertemu kembali dengannya. Ia biasa berdiri di lorong halte busway Durikepa. Ada dua macam kerupuk yang ia jual; kerupuk bangka; dan kerupuk kulit. Harganya sama, sebungkus cuma limabelas ribu Rupiah.
Kupetik dua bungkus kerupuk yang diikat tali rafia pada tongkat pegangannya. uangku 50 ribu. Seperti biasa, ia mengeluarkan uang dari sakunya dan memintaku mengambil sendiri kembalian sebesar 20 ribu.
“Ambil aja!” pintanya menjajarkan uang di tangannya.
Kulihat hanya ada tiga lembar 5 ribuan dan tiga lembar 2 ribuan. “saya ambil limaribuannya aja ya, pak. Ini yang duaribuan bapak pegang aja.”
“Lho saya kira limaribuan semua.” sahutnya.
Kutanya padanya, sepagian ini sudah berapa orang yang beli kerupuk. Ia bilang ada dua orang masing-masing membeli satu bungkus. Mereka memasukkan uangnya ke saku baju si bapak.
Dugaanku, mungkin salah satu dari pembeli itu membayar hanya enamribu saja.
Terenyuh memerhatikan tuturannya dengan ekspresi biasa saja. Ia tak menampakkan kesedihan. Ia tersenyum menceritakan pengalaman paginya.
jika bisa bahagia dengan senyuman sendiri, kenapa harus bersedih dengan kejahatan orang lain.
#kerupuk #haltebusway #gurukehidupan #sekolahdijalan #tunanetra
Leave a Reply