Bukan mengulang, tetapi sekadar menekankan bahwa negeri ini rentan dengan hasutan kekuasaan. Cerita ini diambil dari kumpulan cuitanku bertagar #Purbadewa dan beberapa cuitan acak yang mengandung kata AGAMA di dalamnya. Kenapa ada kata agama dalam cuitanku tentang kekuasaan?
Faktanya memang agama sering dijadikan alat untuk melanggengkan maupun menjungkal kekuasaan.
jika kau sanggup membayar mereka, maka para penyair itu adalah milikmu.
jika kau sanggup membayar mereka, maka para pembunuh itu milikmu.
jika kau sanggup membayar mereka, maka para penentang itu adalah milikmu
jika kau sanggup membayar mereka, maka para rahib dan pendeta itu adalah milikmu
caramu terlalu lazim: mengorbankan banyak orang untuk kekuasaan yg akan kau nikmati sendiri.
~ Jayendra
Semula agama menebar kebahagiaan, lalu direkayasa menjadi penebar kecurigaan, ancaman, ketakutan, dan penderitaan.
Agama hanyalah alasan untuk mendapatkan pengikut sebanyak-banyaknya. itulah kelicikan yang memuakkan.
Agama bukan penyebab perpecahan. Tapi mereka yg berebut kuasa dan hartalah yg memanfaatkan agama sbg hasutan.
Konflik kian merebak ketika sengketa politik-kuasa memanfaatkan agama untuk mencari banyak pendukung, dan uang untuk biaya kelicikan
Bukan agama yang mengajari penganutnya mencaci dan membunuh, tetapi para panutan yang melacurkan anutannya.
Konflik kekuasaan itu tradisi yang tak usang dan tak usai oleh ruang dan waktu. Agama hanyalah jubah, bukan akar konflik
Begitulah, agama memang sering dijadikan jubah kuasa. Tak menjadi jiwa. Hanya kosmetika. Bahkan menjadi alat membunuh secara sempurna.
Padahal kawan,
Kemuliaan agama tercitra ketika pemeluknya berkenan memuliakan mereka yang terlihat berbeda.
Leave a Reply