Sebuah megaproyek akan dibangun di Bali. Proyek milik PT Tirta Wahana Bali International (PT TWBI) ini akan dibangun di Teluk Benoa, Bali. Fasilitas yang akan dibangun antara lain hotel, lapangan golf, perumahan, tempat pertemuan, dan lain-lain.
Pembangunan fasilitas pariwisata ini akan dilakukan di teluk seluas 1.373 hektar sekaligus hutan mangrove terluas di Bali. Pulau-pulau baru akan dibuat seluas 838 hektar dengan mengeruk pasir dari tiga pantai di Bali selatan dan Lombok.
Rencana ini ditolak berbagai kalangan di Bali seperti warga lokal sekitar Teluk Benoa, nelayan, pengusaha pariwisata, masyarakat adat, aktivis lingkungan, mahasiswa, dan lain-lain. Namun, di sisi lain, pihak investor melalui pemerintah tetap ngotot melanjutkan rencana reklamasi yang ditolak ini.
Peta lokasi Teluk Benoa yang akan direklamasi dan perubahan status kawasan sebagai daerah konservasi menjadi daerah pemanfaatan.
Kenapa warga Bali menolak rencana ini?
Pertama karena pembangunan ini akan dilakukan di kawasan konservasi, yang kemudian diubah statusnya menjadi kawasan pemanfaatan untuk memuluskan rencana reklamasi.
Kedua, pembangunan ini dikhawatirkan akan menimbulkan dampak buruk terhadap Bali seperti perusakan lingkungan, banjir karena Teluk Benoa selama ini menjadi muara bagi sungai-sungai di Bali selatan, maupun over eksploitasi Bali terutama di kawasan Bali selatan.
Banyak alasan lain tapi singkatnya reklamasi Teluk Benoa lebih banyak dampak negatif daripada positif bagi warga lokal.
Karena itulah Bali membutuhkan dukungan kita untuk turut membantu penolakan terhadap rencana reklamasi tersebut. Kita, para netizen memang tak punya kuasa dan dana untuk membiayai penolakan ini. Jika investor reklamasi makin gencar merekrut artis, buzzer, influencer, dan netizen sangat berpengaruh di media sosial untuk membela mereka, kita hanya punya hati nurani dan keberanian yang tersisa untuk melawan kesewenangan kaum raksasa.
Baiklah kawan, berikut adalah beberapa fakta untuk kita renungkan.
Lingkungan
- Teluk Benoa merupakan daerah konservasi pesisir Bali karena kekayaan alamnya seperti terumbu karang, padang lamun, hutan mangrove, dan lain-lain. Ekosistem di sana harus dijaga, bukan dirusak demi pariwisata.
- Teluk Benoa merupakan muara (reservoir) bagi 5 sungai besar di Bali selatan, seperti Tukad Mati, Tukad Bualu, dan Tukad Badung . Jika teluk jadi direklamasi, ke mana air akan berakhir? Fakta ini diperkuat oleh kajian yang dibuat oleh Conservation International yang menyatakan bahwa tampungan Teluk Benoa akan berkurang 15 juta kubik dengan adanya reklamasi tersebut.
- Saat ini, jika terjadi hujan selama 4 jam, ketinggian air naik jadi 0,4 meter di Teluk Benoa. Jika muara sungai telah ditimbun, maka air terutama pada musim hujan akan lari ke perumahan. Bali selatan rentan kebanjiran jika Teluk Benoa telah diurug. Kejadian di Jakarta dan Manado bisa jadi pelajaran bagaimana reklamasi rentan menimbulkan dampak banjir besar tersebut.
- Bali Selatan sebenarnya merupakan daerah rawan tsunami. Pembangunan masif di daratan buatan tentu tidak akan sestabil pembangunan di atas daratan asli. Membebani daerah rawan tsunami dengan pembangunan masif seperti yang direncanakan oleh PT TWBI hanya akan mempersulit evakuasi dan menambah risiko kerusakan yang ditimbulkan apabila tsunami terjadi.
- Reklamasi Teluk Benoa akan mengubah alur laut dan memperparah abrasi pantai-pantai di daerah sekitarnya, seperti Sanur, Padanggalak, Ketewel, dan seterusnya. Contoh yang sudah terjadi adalah reklamasi Pulau Serangan yang memperparah abrasi di daerah sekitarnya. Conservation International juga memetakan akan adanya energi dari 15 juta kubik air laut yang belum dapat dipastikan ke mana akan menghantam.
- Hutan mangrove di Teluk Benoa merupakan hutan mangrove terluas di Bali sekaligus menjadi paru-paru kota dan penangkal abrasi. Reklamasi akan menebang hutan yang ada dan menggantinya dengan fasilitas pariwisata. Hutan mangrove akan berganti jadi hutan beton.
- Reklamasi Singapura dianggap berhasil dan dijadikan contoh oleh pihak investor untuk mempengaruhi publik supaya mendukung proyek ini. Namun mereka menutupi dampak reklamasi Singapura yang menimpa pulau-pulau kecil di Riau, daerah asal material urugan reklamasi Singapura. Setidaknya 7 pulau di Riau hilang karena pengerukan pasir urugan reklamasi Singapura. Rencana reklamasi Teluk Benoa juga akan membahayakan lingkungan di daerah asal material urugannya, yaitu Karangasem dan Lombok. 1 rencana merusak lebih dari 1 lokasi.
- Berkaca pada reklamasi-reklamasi di Teluk Jakarta, Pantai Losari, Pantai Manado, dan daerah-daerah lain, reklamasi lebih banyak mengakibatkan dampak negatif daripada positifnya. Hal serupa pasti akan terjadi di Teluk Benoa jika reklamasi jadi dilaksanakan.
Sosial Ekonomi
- Sekitar 400 nelayan di kawasan Teluk Benoa mencari ikan di teluk yang juga dikenal dengan nama Prapat Benoa. Reklamasi akan menimbun tempat nelayan mencari makan.
- Menurut Gubernur Bali dan investor, fasilitas pariwisata baru di Teluk Benoa akan melahirkan 200.000 tenaga kerja baru. Namun, daerah Bali selatan termasuk Tanjung Benoa sudah padat karena menjadi salah satu pusat kegiatan pariwisata Bali. Jumlah warga yang akan menghadapi risiko banjir tadi juga mungkin lebih besar dari jumlah tenaga kerja yang dapat diserap oleh proyek ini.
- Selama ini, warga lokal terutama di Tanjung Benoa sudah bekerja sebagai pengusaha wisata air, buruh pariwisata, dan lain-lain. Warga lokal sudah mandiri oleh pariwisata yang ada. Pembangunan fasilitas pariwisata skala besar dan terpadu justru akan mematikan lahan mereka.
- Di sisi timur Tanjung Benoa terdapat terumbu karang yang menjadi daya tarik pariwisata yang dikelola warga lokal. Reklamasi Teluk Benoa di sisi barat akan berdampak terhadap kerusakan terumbu karang sekaligus mengancam salah satu sumber pendapatan warga.
- Reklamasi dengan membuat pulau baru akan menimbulkan kerentanan terhadap bencana. Pulau baru akan lebih labil dan memperpadat lokasi, hal yang justru bertentangan dengan prinsip adaptasi terhadap bencana.
Budaya
- Bagi warga sekitarnya, Teluk Benoa merupakan tempat untuk melarung sesaji (melasti atau nganyut), salah satu tahap saat upacara. Reklamasi Teluk Benoa akan mengancam hilangnya tempat warga melarung sesaji.
- Teluk Benoa adalah campuhan atau tempat suci bagi warga Hindu Bali. Jika fasilitas pariwisata dibangun di tempat suci, kesucian daerah tersebut akan ternoda.
- Selama ini Bali mengedepankan pariwisata berbasis budaya. Pembangunan fasilitas pariwisata massal dengan mereklamasi Teluk Benoa tidak sesuai dengan konsep pariwisata budaya dan pariwisata kerakayatan.
- Klaim yang selalu ditekankan oleh investor adalah reklamasi Teluk Benoa akan menciptakan ikon baru pariwisata Bali. Padahal, Bali sudah memiliki berbagai ikon seperti Pura Besakih, Pura Uluwatu, Pura Ulun Danu, dan lain-lain yang lebih mencerminkan budaya Bali dan agama Hindu.
Kondisi Sekarang
Penolakan terhadap rencana reklamasi Teluk Benoa sudah dilakukan sejak satu tahun lalu oleh berbagai kelompok di Bali. Salah satunya oleh Forum Rakyat Bali Tolak Reklamasi (ForBALI). Suara penolakan dilakukan melalui berbagai aksi demonstrasi, pemasangan spanduk dan baliho, kampanye di media sosial, konser musik, dan lain-lain.
Meskipun demikian penolakan ini mulai mendapat teror dari kelompok yang tak jelas identitasnya maupun dari investor. Baliho-baliho warga yang menolak kini dirusak. Iklan-iklan pro reklamasi Teluk Benoa mulai bertebaran di dunia maya. Bahkan ada pula yang masuk penjara meskipun kemudian dibebaskan dengan penangguhan.
Tapi, kita tidak takut. Jika mereka punya uang dan akses ke kekuasaan, maka kita punya semangat perkawanan dan perlawanan. Dengan dukungan teman-teman sekalian, kita tidak akan kendur dan mundur.
Untuk informasi lebih lanjut silakan hubungi
Website: www.forbali.org
Email: forbali13@gmail.com
Twitter: @forbali13
Facebook: /forbali13
Leave a Reply