Sebagai Anggota SATPAM di perusahaannya, Tugino semakin mendapat kepercayaan dari Koh Cin Lung. Ia mendapatkan rumah dinas di kompleks karyawan milik Koh Cin Lung. Sebelumnya rumah kecil namun bagus itu ditempati oleh Kepala Satpam Koh Cin Lung. Sang Kepala Satpam kini dimutasi ke Jakarta, di sebuah Bank yang juga milik Koh Cin Lung.
Seminggu sebelum pindah dari kontrakan ke rumah dinas, Tugino dan Tuginem melihat-lihat rumah barunya itu. Kepada seorang Cleaning Service Tuginem berpesan, “Pokoknya saya kepingin rumah ini bersih. Kamu harus bersihkan kamar mandinya! Jangan sampai ada noda sedikitpun, aku jijik kalau kamar mandinya jorok!” sebuah pesan yang lebih bersifat perintah. “Itu juga! Dinding di pojok itu mesti dibersihkan! Rumah bagus gini koq dicoret-coret!” Bibir tuginem mencibir melihat coretan dinding karya anak Balita sang Kepala Satpam.
Kini Tugino dan Tuginem sudah menempati rumah barunya. Rumah Dinas yang tidak terlalu besar, namun amat bersih terawat. Ada sebuah kamar utama dan satu kamar lagi yang lebih luas untuk anak-anaknya. Bahagia sekali Tuginem memanjakan dirinya di rumah baru. Seumur hidupnya, belum pernah ia merasakan hidup di rumah yang layak huni.
Sementara itu, di kontrakan yang sebelumnya ditempati Tugino dan Tuginem, Bang Haji Onet berdiri tolak pinggang dan menggeleng-gelengkan kepalanya. Sang pemilik kontrakan, Bang Haji Onet mengomentari perubahan yang amat drastis dari rumah kontrakannya, “Astaghfirullah! Ini rumah koq jadi kayak kandang kambing! Ini tembok udah kaya relief Candi Borobudur, gambar semua!” Ia makin menggelengkan kepalanya ketika melihat dapur kontrakannya, “Matirabit! Ini dapur jorok bener! Gonggo, Kecoa, Lelue, pade nyarang dimari! Jorok banget dah si Tugino!” Hingga ia masuk ke kamar mandi. “Et dah! ini kamar mandi ape WC umum! Males banget si Tugino nyikat ubin ame tembok! Lumuuut semua! Kerak! Bau!” Bang Haji Onet langsung bergegas keluar dari kontrakannya sambil ngedumel, “Dari 249 kontrakan gue, perasaan cuman yang ini doangan yang ancur! Dasar Tuginem joroknye kagak ketulungan! Kapok dah gue ngontrakin rumah ame die!”
Di rumah barunya, Tuginem asyik menonton koleksi DVD film India favoritnya. Mulutnya menganga ketika sang bintang idolanya, Shah Ruk Khan mendendangkan lagu di sebuah taman. Anak pertama dan keduanya tak ada di rumah. Hari-harinya lebih banyak dihabiskan di TPA, bukan Taman Pengajian Al-Qur’an, tapi Tempat Pembuangan Akhir sampah warga Cikarang, mencari mainan bekas. Anaknya yangΒ bungsu terlihat asyik di pojok ruang sedang menciptakan karya besarnya, sebuah garis-garis abstrak dan gambar benang kusut di dinding yang baru saja dicat ulang. Sedangkan Tugino, sang suami tak ada di rumah dua hari ini. Ia menjalankan tugas rahasia dari Koh Cin Lung ke Karawang.
Leave a Reply