Di Jogja kemarin sempet ketemu teman yang bertanya, “koq blogmu jarang diapdet lagi?” Pertanyaan yang sempat bikin aku melamun. Jadilah obrolan yang terpaksa kutuliskan di sini. Oiya, kode Jogjanya #JMR2016.
Iya, sih. Sejak Desember 2014 aku pernah bikin resolusi: Males Ngeblog. Jadi sejak Januari 2015 hingga kini kemalasan ngeblog itu berlanjut. Rupanya enak juga nggak ngeblog ya.
Enaknya apa? Dulu, waktu masih gila blog, aku sempat menulis seminggu sekali, terutama setiap Senin selama setahun. Meskipun tak sempurna, itu tercapai. Lalu apa hasilnya rajin ngeblog kayak gitu?
Hasilnya macam-macam. Kadang dapat undangan jadi narsum blogging, dibayar sama brand, langsung atau melalui ahensi, diajak lanjalan, dan keasyikan lainnya yang nggak selalu berupa uang maupun barang.
Lha, trus kenapa jadi malas ngeblog dan kenapa merasa enak?
Setahuku malas itu nggak punya alasan. Malas ya malas. Alasan bisa dicari sesuai siapa yang bertanya. Tapi temanku yang ketemu di Jogja ini malah penasaran dengan jawabanku itu. Ia tak percaya kalo aku malas ngeblog tanpa alasan.
“Mungkin ada yang mengancammu?!” Pertanyaannya lebih terasa seperti tuduhan.
Lha, aku ini siapa. Nggak ada profit dan benefitnya ngancem-ngancem aku. Tanah gak punya, rumah ngontrak, main politik juga nggak. Apalagi main sama calo tanah.
Ada teman lainnya yang seperti merasa malu dan berdosa karena menelantarkan blognya. Aku sih nggak merasa begitu. Lha, ngeblog atau nggak itukan pilihan. Sama seperti ketika kita memilih untuk mau nonton bioskop atau nggak. Nggak perlu merasa bersalah menelantarkan blog. Lha, wong rakyat kita aja banyak yang ditelantarkan oleh negara dan oleh segala kekuatan yang tak tersentuh di negeri ini. Jadi, woles aja, bung!
Lalu enaknya apa nggak ngeblog? Enak aja gitu. Yang tadinya seminggu sekali mikirin apa yang akan ditulis, sekarang ya nggak mikir begitu lagi. Nggak punya beban perasaan kalau belum naik postingan saat minggu berganti Senin. Sekarang, sih kalau aku mau ngeblog ya tinggal buka hape, tulis deh. Tulis aja spontan. Gak perlu konsep lagi. Namanya juga tulisan dadakan.
Nggak kuatir PR dan Traffict blog menurun?
Soal itu, memang sejak rajin dulu aku emang nggak di situ fokusnya. Aku ngeblog ya untuk blogging dan bergembira saja. PR (page rank) pernah 5-4-3 ya merasa sama aja. PR 3 dan 4 kalaupun diajak ngereview brand/ahensi, sama aja bayarannya dengan yang PR 0-1. Jadi merasa nggak penting gitu sih sama PR. Lagi pula yang patut dikhawatirkan adalah kepercayaan rakyat terhadap beberapa negara yang dipimpin oleh Jokowi ini, Berbagai kejadian miris terjadi begitu saja. Intoleransi dan diskriminasi bahkan dilindungi Polisi. Lihat saja saat komplotan bersurban dan merasa membela Islam mencoba menggrebek sebuah kegiatan kebudayaan. Polisi bukannya melindungi yang diusir, malah mengawal para pengusir. Ini masih terjadi di zaman Jokowi. Nah, kalo mau kuatir, kuatirkanlah turunnya rasa saling hormat, jeblognya respect saudara sebangsa kita terhadap perbedaan.
“Omonganmu, Te! Kita mbahas blog koq larinya ke situ. Modyarrr Cocotmu!” Temanku pura-pura kesal.
Leave a Reply