Bukan Sekedar Guru

Anda bekerja? Pasti jawabannya bukan sekedar ya! Ada tambahan, kalau anda selalu sibuk mengerjakan apa yang menjadi pekerjaan anda, sibuk mengatasi masalah yang timbul dalam melaksanakan pekerjaan tersebut, dan segala macam jawaban yang menunjukan kalau anda adalah bukan orang yang biasa-biasa saja.

Setiap pekerja atau karyawan, dimanapun dia bekerja atau berkarya umumnya ingin dianggap spesial. Bahkan tidak sedikit yang merasa paling spesial, walaupun tidak doyan telur. Tapi bagaimana membuktikan kalau kita memang benar-benar bekerja?

Biasanya manajemen mempunyai perangkat supervisi bagi setiap pekerja ataupun karyawannya. Daftar hadir adalah yang paling standar dari perangkat administrasi karyawan lainnya. Tapi tulisan ini tidak akan membahas administrasi supervisi karyawan. Tulisan ini sekedar menyodorkan cermin bagi kita sendiri sebagai pekerja agar kita bisa meningkatkan performance. Seperti ketika kita bercermin setelah mandi, pasti kita ingin menunjukkan pada dunia performance terbaik hari ini.

Lebih spesifik, tulisan ini akan menapaki dunia pendidikan. Bagaimanapun pendidikan adalah satu moment penting yang mempengaruhi masa depan kita. Dan posisi yang paling penting dan paling sering disorot dalam dunia pendidikan adalah guru. Entah dengan istilah apa anda menyebutnya, ustadz, pengajar, pendidik, dosen, atau apalah, yang pasti saya menyederhanakannya dalam sebutan guru.

Ketika pertama kali anda menyatakan diri bersedia menjadi guru, saat itulah anda telah mempertaruhkan seluruh kehidupan anda menjadi orang yang bertanggungjawab terhadap jati diri (mental, spiritual, dan intelektual) siswa. Apa yang anda pertaruhkan dalam dunia anda ini? Bakat? Tanpa bakat setiap orang bisa menjadi guru asalkan dia senantiasa memoles diri bagaimana menjadi guru yang mulia. Apakah ijazah? Berapapun nilai akademis anda, tak ada gunanya jika tak terefleksi dalam keseharian dunia anda. Apakah Kreativitas? Kreativitas hanya akan menjadi kesibukan yang melelahkan jika anda tak punya keberanian dan empati dalam membuat blueprint masa depan anak didik anda. Apakah keikhlasan? Keikhlasan hanya akan melahirkan cemoohan jika anda masih saja mengeluhkan beban anda di depan anak didik anda. Apakah penghasilan? Ini merupakan kewajaran yang kadang bisa membuat anda menjadi sangat perhitungan dalam bekerja, sehingga hari-hari anda hanya disibukkan untuk mengejar kelengkapan sertifikasi.

Semua hal di atas anda pertaruhkan dalam menerjunkan diri pada dunia pendidikan. Tapi pernahkah anda merencanakan membuat progress report terutama buat anda sendiri? progress report apapun bentuknya, entah itu matriks, form, ataupun catatan sederhana, sangat penting anda buat, agar anda sendiri dapat menilai pencapaian target yang telah anda agendakan.

Kan sudah ada satpel, buat apa repot-repot bikin report? Jika anda hanya berkonsentrasi pada target administrasi-akademik, satpel memang cukup. Tapi jika anda membutuhkan trigger agar senantiasa fresh dan inovatif dalam bekerja, anda perlu membuat catatan pribadi tentang rencana dan progress anda sendiri. Ini berkaitan dengan concern profesi anda sebagai guru.

Progress report, entah bagaimana bentuknya, paling sederhana adalah diary, sangat berguna ketika anda sudah menjalani tugas mulia ini. Coba saja dalam tiga bulan pertama pelaksanaan tugas anda. Jika anda rutin membuat catatan tentang apa yang anda rencanakan tentang para siswa, anda bisa menilai sendiri apakah tahapan tujuan yang anda tentukan tercapai atau tidak. Lalu pada satu semester, anda perlu menganalisa catatan pribadi tersebut. Ketika anda membacanya, akan terbayang bagaimana sebenarnya anda sendiri, apa yang telah anda perbuat, bermanfaatkah, sia-siakah, atau stagnan? Dari analisa tersebut tentunya anda bisa melakukan perbaikan diri, misalnya, upgrade jati diri anda (mentalitas, spiritualitas & intelektualitas), dan (yang paling realistis) kinerja.

Saya punya seorang sahabat berusia lebih tua dari saya. Dia mengajar di sebuah sekolah orang-orang miskin. Setiap pagi hingga sore dia mengisi dunianya bersama anak-anak didiknya. Ketika selesai bertugas dan kembali ke rumah, dia hanya tidur sebentar lalu merancang sesuatu yang akan diberikan kepada muridnya esok hari. Ini selalu terjadi setiap hari bahkan saat akhir pekan, sebelum mengisi hari libur dengan kegiatan yang disukainya. Saya pernah bertanya padanya, mengapa waktunya dihabiskan untuk anak-anak didik. Dia menyatakan bahwa yang dilakukannya adalah resiko seorang guru. Ketika seseorang menasbihkan dirinya sendiri sebagai guru, maka ia harus rela mengisi dunianya dengan planning, aksi, dan review, atas profesinya tersebut. Ketika saya tanyakan kepada murid-muridnya tentang tanggapan mereka terhadap guru tersebut, jawaban mereka saya simpulkan begini, Guru tersebut bukan merencanakan pelajaran karena pelajarannya sudah sangat terencana dalam satuan pelajaran. Yang dia rencanakan setiap malam adalah suasana fun dalam kelas, mengerti keberagaman sikap dan minat anak-anaknya di kelas, dan update terhadap rencana pengajaran yang telah dibuat sebelumnya. Inilah yang membuatnya begitu dicintai oleh semua muridnya.

Apakah anda benar-benar siap menjadi guru? Jika jawaban anda ya, bahkan bukan sekedar ya, malah guru adalah dunia yang tak dapat anda tinggalkan, berarti anda memang mempunyai seperangkat cara untuk menciptakan hubungan yang harmonis dengan siswa anda.

Tapi jika anda ragu-ragu menjadi guru, apalagi kalau hanya dijadikan sekedar batu loncatan, lebih baik anda meloncat jauh dari dunia pendidikan. Sebab jika anda memaksakan diri untuk terjun di dunia yang menantang ini, anda hanya akan menyiksa diri dengan segala mimpi-mimpi anda di dunia lain. Dunia di luar pendidikan.

Jadi, jika anda memang guru, bekerjalah seperti seorang guru, bukan buruh. Guru adalah pekerjaan berat yang menyenangkan. Bahkan bagi sebagian orang, mereka merasa bukan sekedar bekerja, tapi hidup! Yaitu bekerja dengan cinta, hidupnya memang didedikasikan untuk pendidikan, lelah dan segarnya, sedih dan bahagianya adalah irama yang melingkari hari-harinya.

4 responses to “Bukan Sekedar Guru”

  1. 'dee Avatar
    ‘dee

    Ah..tulisan ini mengingatkan saya pada teman masa kecil yang menjadi guru di saat dewasanya. Guru yang guru betul..yang setiap saat memikirkan dan secara tulus menyayangi murid-muridnya… d.~

    ya, seperti itulah kira-kira guru yang kumaksud. semoga banyak guru seperti temanmu itu, Dee

  2. julie Avatar
    julie

    cita2 terpendamku
    ingin seperti ibuku

    gali dong ah! 🙂

  3. Andivan Avatar
    Andivan

    Bapaku,ibuku,kakakku,uwaku,tanteku semua guru. Aku pernah ngajar tp skrg ngga lagi,aku kurang sabar menghadapi siswa.salut pd semua guru dng kesabaranya mendidik para siswa.

    ya, kesabaran adalah kekuatan guru dalam mendidik anak didiknya

  4. achoey Avatar
    achoey

    saya sepakat
    saya suka argumen dirimu sobat

    guru adalah pahlawan tanpa tanda jasa
    sepertinya ini mulai sirna

    beberapa guru adalah pahlawan tanpa sertifikasi 🙂

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *