Pernyataan atau pun ajakan “lawan korupsi!” seperti judul di atas sebenarnya sudah terasa tak enak untuk didengarkan. Apa penyebabnya?
“Lawan Korupsi!” kata pejabat negeri ini, yang tak pernah benar-benar berani menangkap satu pun koruptor yang makin hari makin menyengsarakan rakyat. Sejak era reformasi hingga kini, pemerintah berjanji membasmi korupsi, terutama jaringan setan korupsi di tubuh pemerintahan sendiri. Jika pun ada koruptor yang ditangkap, akhirnya dapat bebas kabur, atau mendapatkan fasilitas penjara kelas VVIP, bahkan ada juga yang mendapatkan “kemudahan”.
“Lawan Korupsi!” kata teman-teman yang dulu bareng-bareng mengelola demo mahasiswa tetapi kini sudah duduk adem di kursi anggota dewan. Mereka seolah-olah tak tahu lagi langkah apa yang harus ditempuh untuk melawan korupsi. Mungkin sudah terlalu sibuk dengan proyek-proyek yang mereka dapat dalam lingkaran bisnis Anggota Dewan.
Untuk mengetahui bagaimana korupsi dan koruptor di Indonesia, kita bisa melihat situs korupedia.org yang dirilis pada 12 Juni 2012 lalu. Situs ini diharapkan menjadi saksi dan sanksi sosial bagi siapa saja yang melakukan korupsi. Hingga saat ini korupedia sudah menampilkan lebih dari 100 profil koruptor sejak tahun 2000. Dari data tersebut, berapa yang sudah ditangkap oleh yang berwenang? Tak tahu.
Makin apatisnya sikap masyarakat terhadap kesungguhan pemerintah melawan korupsi terpicu ketika lembaga yang dibentuk untuk memberantas korupsi, Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) direcoki oleh antek-antek jaringan kegelapan yang berkuasa. Belum lupa ingatan kita dengan kasus cicak versus buaya, kemarin sudah muncul lagi upaya perecokan KPK oleh oknum polisi, sehingga memicu warga dan netizen indonesia menggelar demo bertagar #saveKPK.
Jadi wajar, kan kalau ajakan “Lawan korupsi!” tak lagi terasa menyemangati karena banyak yang hanya berakhir menjadi ludah saja. Akan tetapi sebagai blogger Indonesia kita tak boleh hanyut dalam apatisme. Kita harus menjalin kekuatan bersama, mengingatkan terus melalui media sosial bahwa urusan korupsi belum selesai dituntaskan di negeri ini. Blogger harus makin berani memerankan dirinya sebagai agent of change.
Boleh jadi apa yang kita lakukan ini merupakan hal sepele. Tetapi jangan menjadi lemah hanya karena dianggap sepele. Justru perubahan harus dimulai dari hal-hal yang sepele seperti misalnya terus meramaikan perbincangan tentang korupsi di media sosial. Jangan berhenti!
Blogger Indonesia tak boleh berhenti menyuarakan anti korupsi. Apa pun resikonya, ditangkap oleh penguasa sekalipun, kita harus saling menguatkan dan melindungi melawan korupsi. Sebab kita sudah sama-sama paham bahwa jaringan kegelapan korupsi tak akan pernah berdiam diri menguatkan dan melindungi sesama mereka. Jika mereka saja solid dan tak pernah berhenti, kenapa kita tidak?
Leave a Reply