Internet Governance Forum tinggal beberapa hari lagi. 22-25 Oktober 2013 banyak orang dari beberapa negara berkumpul untuk mendiskusikan tata kelola internet global. Dalam kegiatan punya Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB) ke-8 kali ini, Indonesia menjadi tuan rumah. Bali, dengan segala kemolekannya menjadi wilayah pilihan. Dan memang hingga saat ini -sepertinya- tingkat kunjungan wisatawan manca negara ke Bali paling tinggi dibandingkan lokasi lain di Indonesia.
Sebelum IGF, ada event berskala internasional juga di lokasi yang sama, dan bulan yang sama, Oktober. Ialah KTT APEC. Persiapan pemerintah buat event tersebut kulihat mantap sekali. Bahkan material promosinya kulihat berkali-kali. Di Jakarta terpampang di sebuah gedung dan banner-banner lainnya. Di Bali pun demikian, sebuah Outdoor Advertising memajang event APEC 2013. Satu hal saja yang terlintas di pikiranku: Kenapa pemerintah tak bersikap serupa APEC terhadap penyelenggaraan IGF 2013? Bahkan tak ada seujung-kuku, mempromosikan IGF dibanding APEC. Kenapa?
IGF memang sebuah event yang mengedepankan multi-stakeholder. Tepatnya memimpikan dialog dan kerja sama yang baik antara Pemerintah, Bisnis, dan Organisasi Masyarakat Sipil. Boleh jadi karena kemajemukan itulah sehingga sepertinya pemerintah tak benar-benar all out mengurus event yang pernah terancam gagal ini. Naif. Tapi itulah kenyataannya. Bukan rahasia. Banyak media memberitakannya.
Kini IGF 2013 Bali tinggal menghitung hari. Teman-temanku sibuk, kelimpungan memungkinkan ketidakmungkinan. Di sela kesibukan mereka, aku yang hanya bisa memperhatikan dan sedikit bantu-bantu menggotong peralatan, kadang bertanya. Kenapa teman-teman mau ribet dengan urusan yang sejak awal jelas-jelas tak menguntungkan secara finansial ini. Dari beberapa jawaban “stress” yang kudapat, rata-rata mereka merasa terlanjur terjebak dalam gerakan menjaga muka Indonesia. Itu saja. Waktu IGF terancam gagal, jelas taruhannya adalah rasa malu sebagai bangsa. Tetapi menurutku, sepertinya orang yang seharusnya paling punya rasa malu tak peduli sama sekali. Hingga kini.
Ada juga jawaban yang rada serius: Selaku pemangku kepentingan majemuk, kita mendorong supaya tata kelola internet jadi lebih transparan dan akuntabel. IGF ke-8 di Bali nanti adalah momentum, bukan tujuan. Sayang kalau acara ini tidak dilanjutkan karena hasilnya bukan sekarang, tapi mungkin 5-6 tahun ke depan.
Kemarin aku memegang 4 lembar stiker buatan pemerintah bertuliskan DUKUNG INDONESIA SEBAGAI TUAN RUMAH APEC, terbersit perasaan tak enak. Aku cemburu. Sangat, bahkan!
Leave a Reply