Kisah ini bersumber dari pengalaman nyata, yang diceritakan oleh salah seorang peserta #ngopikere di Gunung Kelir. Saat malam makin pekat, ia dan teman-temannya semobil tersasar menuju lokasi. Sepanjang jalan dihantui keraguan, akankah mereka sampai. Sebab tak satu pun ada orang yang ditemui untuk ditanya. Sinyal handphone pun nihil.
Tetapi Tuhan selalu bisa membangunkan kembali, harapan yang tak berdaya dicengkeram keputusasaan. Di sebuah pertigaan terlihat sekelompok lelaki nongkrong di tepi jalan. Inilah kesempatan terbaik untuk bertanya alamat.
Mobil berhenti di depan ketiga lelaki yang rupanya sedang menenggak minuman. Sang pejalan malam yang malang membuka kaca jendela, tetapi hanya sedikit saja. Sekadar memperlihatkan setengah bagian wajahnya.
“Maaf, mas. Kalau mau ke Gunungkelir lewat mana, ya?”
Berdirilah salah seorang di antara ketiga lelaki malam penenggak bir. Raut wajahnya terkesan tak acuh terhadap penanya.
“Rahasia!” Jawabnya sambil melengoskan wajah dari sang penanya.
Menyadari sikapnya yang mungkin kurang sopan sebagai penanya, akhirnya membuka pintu mobil dan mendekati ketiga preman tersebut.
“Mohon maaf kalau cara kami kurang sopan. Kami tersesat. Nah, dari pertigaan ini, jalan mana yang bisa mengarahkan kami ke Gunungkelir, mas?”
“Lho, terserah sampeyan mau milih jalan yang mana. Mau yang itu bisa, yg situ juga bisa. Kan saya nggak boleh ngatur-ngatur sampeyan.” Jawab preman yang berdiri sempoyongan.
Sang penanya pun pamit dan memilih jalur yang mengantarkan mereka ke Gua Seplawan Gunung Kelir.
Yeach, namanya juga preman sedang mabuk. Begitulah sikapnya.
Posted from WordPress for Android dari perbincangan bersama @gunungkelir dan @1bichara
Leave a Reply