Ingin menjadi baik itu susah. Kadang kita dipaksa keadaan untuk melakukan apa yang tak kita sukai lagi. Setiap orang punya batas kewarasan. Tetapi para pemain di negeri ini tak pernah menemukan kewarasannya sendiri. Negeri ini menjadi mainan. Setiap rezim selalu tunduk kepada kemauan penguasa yang sebenarnya, penguasa yang tak pernah duduk di kursi kekuasaan, tetapi bisa mengatur segalanya sesuai kemauan. Kemarin main bualan, kini main tangkap-tangkapan, besok entah mainan apa lagi yang mereka rekayasa untuk anak negeri yang tak pernah selesai mengobati korengnya sendiri.
NEGARA MAINAN
Aku ada di sebuah negara yang menjadi rebutan para pemangsa
Negara yang tak pernah benar-benar bekerja demi rakyatnya
Setiap masa, penguasa disibukkan dengan ancaman dan ketakutan
Setiap penguasa merawat sendiri hantunya
Negara ini laksana mainan
Menjadi rebutan bocah ingusan
Bocah yang menang bebas menendang
Bocah yang kalah memorak-porandakan
Sementara bocah lainnya menangis karena mimisan
Negara ini adalah meja judi para Jenderal
Setiap Jenderal memiliki pasukan
Bala tentara siluman, setan, dan mutan
Bukan untuk melindungi negeri dari ancaman
Tapi untuk merebut kekuasaan yang lepas dari genggaman
Kesatuan dan persatuan hanyalah ayat-ayat bualan
Mereka sendiri yang merusak tatanan
Mereka sendiri yang memelihara para peracau
Mereka sendiri yang mengembang-biakkan para pengacau
Seperti tanah garapan kala kemarau
Retak kekeringan
Rakyat kekurangan
Aku masih di sebuah negara
Tujuh presiden dengan satu dosa:
Tak pernah benar-benar bekerja untuk rakyatnya
Hanya menghidupi partai lidah berbisa
Aku tak percaya lagi pada reformasi
Bahkan revolusi pun memiliki pengkhianatnya sendiri
Aku hanya percaya satu kepastian:
Negara adalah musuh rakyat jelata
Bogor, 25 Januari 2015
Leave a Reply