Teroris Tak Takut Hashtag

rasa takut itu natural, hestek itu artifisial.

prak dung cret

Di tengah berlangsungnya pawai #kamitidaktakut, seorang office boy salah satu perusahaan yang ada di kompleks Sarinah berkomentar, “mereka rame-rame ke situ teriak gak takut. aku sih jujur ya, aku trauma banget pas kejadian kemaren. aku takut kena bom. aku takut teroris berulah lagi di sekitar sini. mereka gak ngerasain sih suasana mencekam saat kejadian di mana aku sedang beli pesanan kopi di situ.”

Apakah kerumunan berhestek itu memberikan pengaruh positif terhadap mereka yang takut (trauma)?

“Menghibur, iya tapi tetap saja saya takut. Trauma malah. Seperti tadi pagi saat saya naik lift, saya ketakutan karena satu lift sama laki-laki bertopi yang pake tas ransel. Saya langsung merasakan lift ini lama banget sampe ke lantai 7. Pas sampe, saya langsung ngibrit.” cerita seorang karyawan lainnya.

Boleh jadi kerumunan itu tujuannya untuk counter terrorism. Mengejek peneror bahwa mereka gagal namun tak sampai mengajak mereka yg trauma menjadi berani. Hanya mengejek, tak mengajak. Hanya gerakan pengecaman yang tak memberikan rasa aman.

“Ya, cuma nulis hestek mah gampang. Saya juga ikutan ngestek gitu koq di twitter dan IG saya tapi tetep sih, rasa takutnya gak bisa hilang. Gak bisa dibuat-buatlah, mas.” beber seorang fotografer sebuah media yang berkantor di Sarinah pula.

Begitulah yang kuceritakan kembali saat bercengkrama bersama mereka yang trauma di Sarinah. Aksi bajingan binaan kelompok teroris masih menjadi ancaman. Yang trauma lagi-lagi rakyat kita yang untuk bertahan hidup saja harus mengalami ketakutan dan trauma.

Bom Meledak, Polisi yang Rekayasa

Aparat kita memang sanggup menyelesaikan para bajingan itu. Bahkan mereka sudah memahami peta sebaran jaringan kelompok radikal di Indonesia. Jadi kalau ada aksi kelompok maupun lone wolf, sudah ketahuan siapa mereka dan di mana saja jejaringnya. Namun kenapa bajing-bajing lab itu masih saja beraksi? Tanya saja ke para peneliti yang rajin presentasi di seminar deradikalisasi.

Author: MT

Menurutmu?