Jenuh dengan Medsos dan Hape? Ambil JEDA dengan Buku Gratis ini!

“Eh, udah jam 2 pagi?” FuFuFaFa, begitu nama akun media sosialnya, tersentak. Lagi-lagi dia terjebak dalam perangkap dunia digital. Padahal besok ada rapat penting dengan klien, tapi timeline-nya masih penuh dengan konten yang belum dia habiskan. “Bentar lagi deh, lima menit lagi,” gumamnya pada diri sendiri—sebuah kebohongan yang dia ulang setiap malam.

Dulu teman-teman kantornya memanggilnya si Ceria. Sekarang mereka bahkan tak ingat kapan terakhir kali makan siang bersama. FuFuFaFa selalu menolak dengan alasan “deadline” atau “ada yang harus di-update.” Padahal, yang dia update hanyalah feed Instagram dan status WhatsApp-nya. Personal branding, katanya. Tapi kehidupan pribadinya? Berantakan.

Kisah FuFuFaFa ini mungkin terdengar seperti cerita orang lain, tetapi kalau dipikir lagi, bisa jadi kita juga pernah berada di posisi yang sama. Hidup kita sekarang seakan sudah diatur oleh gadget. Bangun tidur mengecek ponsel, makan sambil scrolling, bekerja sambil stalking, tidur ditemani notifikasi. Akibatnya, pikiran terasa penat, tubuh lelah, dan mental terganggu. Bahkan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan bahwa kebiasaan ini dapat memicu stres, insomnia, hingga depresi. Jadi, bukankah sudah saatnya kita mengambil jeda untuk sejenak berpikir ulang?

Buklet JEDA ini lahir dari keresahan saya melihat bagaimana gadget bisa membuat kita lupa menjadi manusia. Kita sibuk mengejar like, komentar, dan notifikasi, tetapi lupa rasanya menikmati hidup tanpa distraksi. Lewat JEDA, saya ingin kita lebih sadar dengan kebiasaan digital dan mulai mengatur ulang hubungan kita dengan teknologi.

Buklet ini saya bikin sesimpel mungkin dan nggak ribet. Fitur-fitur di ponsel Android yang mungkin selama ini kita abaikan, ternyata dapat membantu mengatur hidup agar lebih seimbang. Dalam JEDA, kita bisa menemukan panduan menggunakan Digital Wellbeing untuk memantau waktu layar, cara mengatur timer aplikasi agar tidak terlalu lama bermain media sosial, fitur Bedtime Mode untuk meningkatkan kualitas tidur, Mode Fokus yang sangat membantu saat bekerja atau belajar, hingga panduan menggunakan Google Family Link untuk mengawasi aktivitas digital anak-anak.

Berbeda dari buku panduan teknis pada umumnya, JEDA saya tulis dengan cerita-cerita yang mudah dipahami dan mungkin relevan dengan kehidupan sehari-hari. Ada kisah FuFuFaFa yang terjebak dalam lingkaran doom scrolling, ada Sarah yang terguncang mentalnya karena notifikasi negatif, dan banyak lagi. Membaca JEDA mungkin akan membuat kita berpikir, “Ini gue banget,” sambil tertawa kecil, tetapi tetap mendapatkan wawasan penting.

Kesehatan mental itu penting. Jika kita terus-terusan terjebak di dunia digital tanpa kendali, bukan hanya waktu yang hilang, tetapi juga jati diri kita. Melalui JEDA, saya berharap kita bisa mulai mengatur ulang gaya hidup digital, sedikit demi sedikit, hingga akhirnya menemukan keseimbangan yang selama ini dicari.

Yang lebih menarik, buklet JEDA ini bisa dibaca gratis. Jadi, tidak ada alasan untuk tidak mencobanya. Tinggal klik s.id/jedabuku, membaca, dan mulai menerapkan tips-tipsnya. Cobalah selama seminggu dan rasakan perubahan dalam hidup kita. Ya, mungkin langkah kecil ini bisa menjadi awal dari hidup yang lebih bermakna.

Mari kita mulai perjalanan menuju digital wellbeing bersama. Karena untuk benar-benar hadir dalam hidup, kita hanya butuh satu hal: jeda.


Discover more from #blogMT

Subscribe to get the latest posts sent to your email.

Leave a Reply

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.