Melihat poster 47 Ronin dari hape, tanpa pikir panjang lagi aku langsung memesan tiket bioskop. Keranjingan kala dulu berkenalan dengan karya Akira Kurosawa, membuatku menyukai film yang diangkat dari budaya Jepang. Rashomon, Seven Samurai, RAN, Mamadayo, Zatoichi, dan entah apa lagi, Yozimbo mungkin, membuatku menyukai film bergaya klasik, samurai, kekaisaran, dan pedang. 47 Ronin termasuk film lawas yang kusukai.
Tetapi saat sampai di bioskop, kuteliti posternya. Ah, ternyata ini film hollywood. Keanu Reeves jadi pemerannya pula. Keraguan mulai terbetik, “sejauh mana hollywood memodifikasi kisah klasik 47 Ronin ini. Akankah menjadi semacam film tentang superioritas seorang jagoan?” Tak apalah kutonton dulu dan menyingkirkan prasangka.
Kisah tentang Samurai tak bertuan ini berlatar waktu awal abad ke-18 ketika Jepang masih tertutup di zaman Tokugawa. Dibuka dengam kehidupan samurai di Dusun Ako pimpinan Lord Asano. Perburuan, kesetiaan, dan keberanian tercitra pada setiap samurai. Mereka hidup sebagai masyarakat dusun yang damai hingga kelicikan menyambangi Ako. Puncak kelicikan Lord Kira adalah ketika Lord Asano melakukan perbuatan kasar kepada Lord Kira yang sedang berkunjung ke Ako, yang sebenarnya memiliki maksud terselubung untuk menguasai Ako dan menikahi anak perempuan Lord Asano satu-satunya, Mika. Di hadapan Tokugawa, Lord Asano menjaga kehormatannya dengan seppuku. Dari kematian Lord Asano itulah cerita yang sebenarnya tentang Ronin dimulai.
Ronin adalah samurai yang sudah tidak bertuan lagi. Kematian Lord Asano menyisakan dendam karena pengkhianatan Lord Kira. Pengikut setia Asano, Oishi beserta samurai yang lainnya pun memilih jalan hidup sebagai ronin. Mereka akan membalas dendam atas pengkhianatan berselubung legitimasi kekuasaan. oleh shogun yang berkuasa.
Yang masih terjaga dalam pakem Ronin adalah, ke-47 Ronin menyadari bahwa perlawanan yang mereka lakukan akan berakhir dengan kematian. Mereka menyadari risiko itu dan itulah pilihan terbaik untuk menjaga kehormatan pemimpinnya, Lord Asano dan kelanjutan masa depan Dusun Ako dalam pimpinan Mika (Putri Asano). Jika kehormatan harus ditebus dengan kematian, itulah yang menjadi jalan Samurai, pun jalan Ronin.
Secara keseluruhan aku tetap terhibur dan tercerahkan kembali dengan film 47 Ronin ini. Meskipun ada sedikit yang mengganggu jalannya kisah itu. Pertama adalah figur Kai (Keanu Reeves) yang menjadi kunci keberhasilan 47 Ronin dalam melancarkan serangan. Kai membawa Oishi dan kawan-kawan menuju Hutan Terlarang. Di sana mereka berharap mendapatkan pedang bertuah untuk menyerang Lord Kira. Kepada siapa mereka meminta pedang? Kepada sekelompok penghuni alam ghaib, tempat dari mana Kai kecil pernah dirawat kala tersesat. Terlepas dari benar atau tidaknya, unsur fantasi (klenik) itu mengurangi keasyikan menikmati 47 Ronin. Walaupun menurutku yang paling mengacaukan adalah perempuan siluman Rubah dan Naga yang mengawal bahkan memengaruhi Lord Kira. Kehadiran sang siluman sejak awal itu sudah merusak keasyikanku menonton.
Tapi biarlah. Aku menganggap modifikasi yang kurang sreg itu sebagai aksesori biasa saja. Seperti tukang ngamen yang mampir kala aku sedang berbincang di warung kopi. Tokh cuma sedikit itu saja yang mengurangi kenikmatan film 47Ronin. Menurut hematku.
Selebihnya tetap sih, sebagai penyuka film berlatar sejarah, aku akan mengoleksi DVD-nya kalau sudah keluar nanti. Bagaimanapun film ini cukup baik untuk memantik kenangan terhadap kisah-kisah lama tentang Samurai, kesetiaan, keberanian, kematian, kehormatan, dan satu kata yang menjadi nyawa dari semuanya: Cinta!
Leave a Reply