Pengendara motor nekat naik Jalan Layang Non Tol (JLNT) Casablanka. Biasanya alasan biar cepat. Penumpangnya ibu hamil. Niat mau cepat sampai tujuan, malah sampai ke alam baka. Saat motor itu tertabrak mobil, ringsek dan si ibu hamil yang malang nian nasibnya, terpental ke luar JLNT, mati di depan ITC Kuningan.
Kemarin juga viral pengendara motor membongkar separator busway, lantaran takut kena tilang Polisi di ujung jalur itu. Beberapa memilih putar balik, keluar jalur busway.
“Daripada ngasih duit ke polisi, mending balik lagi aja, dah…” Gerutu sopir Ojol yang semalam kupesan.
“Daripada ketangkep polisi, mending gausah masuk jalur busway, bang!” Balasku.
“Lah, kalo lewati jalur biasa, liat sendiri macetnya, bang. Emang polisinya aja gak punya perasaan. Udah malem masih aja malak. Sering banget polisi njebak kita di sini.” Masih menggerutu si Babang Ojol sambil terus melaju arah balik.
Aku jadi ingat pernah menyaksikan banyak pengendara motor mengarah balik di JLNT Casablanka. Sialnya, ada yang tertabrak. Sopir Gokar yang membawaku terus melaju sambil nyeletuk, untung bukan dia yg nabrak.
“Sering banget itu pada balik arah, gara² dijagain polisi pas mau turun.” komentar pak Sopir.
“Harusnya mereka gak lewat sini, pak. Kan udah ada rambunya.” balasku.
“Kan mau cepet, bang. Jadi nggak mikirin resikonya. Padahal resikonya kan bukan cuma ditilang polisi, tapi nyawa. Tapi ya gimana… udah kebiasaan mikir cepet.”
Ada benarnya juga pernyataan si Bapak sopir ini. Kebiasaan mencari shortcut tuh terjadi di berbagai urusan. Di birokrasi juga begitu. Kalau mau cepat, ya lewat jalur khusus yang biayanya juga khusus. Atau lewat Ordal, keluarga, kerabat. Itu sering terjadi di kalangan apa saja, dari driver ojol sampai elit politik.
Apakah susah menertibkan pengendara kita? Menurutku tergantung aparat penegak hukumnya. Kalau mereka gak main curang, tentu bisa menegakkan hukum tanpa beban dan kontradiksi.
Contoh yang relate sama ilustrasi di awal tulisan ini, deh. Mestinya petugas polisi berada pada posisi antisipatif, yaitu standby di muka JLNT atau Separator Busway. Jadi sebelum pengendara motor melintas, mereka segera sadar karena ada polisi.
Kenapa saya sarankan posisi jaga seperti ini, pertama karena mental masyarakat kita mencontoh banget politisi, yaitu melanggar aturan. Kedua, biar polisi nggak dituduh menjebak pengendara buat dapat duit langsung ataupun melalui tilang.
Simpelnya, tugas kalian mengingatkan orang agar tidak melanggar aturan, bukan menghukum apalagi memonetasi pelanggaran. Lain cerita kalau sudah di posisi ini namun ada yang nekad melanggar, baru deh kasih pelajaran.
Pelajarannya apa? Tergantung kurikulum nih. Biasa banget, ganti menteri ganti kurikulum.
Leave a Reply