Pasar Kolaboraya: Membangun Ekosistem Perubahan

Bayangkan sebuah pasar yang isinya bukan sayur mayur atau barang elektronik, tapi ide-ide brilian untuk perubahan sosial. Itulah Pasar Kolaboraya, sebuah ruang kolaborasi yang beragam, luas, dan bertumbuh untuk menghadapi situasi kompleks yang dialami masyarakat sipil.

Pasar Kolaboraya bukan cuma nama yang dikeren-kerenin tapi sebuah kesadaran untuk mengubah sebuah festival kembali ke akar budaya masyarakat kita. Ya, pasar adalah tempat di mana kita bisa mencari dan menemukan sesuatu, bahkan menjual dan bertransaksi. Pasar untuk mengintegrasikan berbagai sumber daya individu, organisasi, dan komunitas. Tujuannya? Memperkuat dan mengembangkan ekosistem masyarakat sipil untuk mencapai visi jangka panjang.

Kedengarannya berat? Ya, kalo cuma dengar-dengar aja sih memang terasa berat, tapi kalau melihat dari berbagai elemen yang terpajang di arena Pasar Kolaboraya di Salihara Art Center, Jakarta, justru terkesan santai, asyik, dan menyenangkan. Itu yang kulihat saat baru turun dari ojek dan memasuki Pasar tersebut.

Ada tiga nilai utama yang bikin agenda perubahan sosial menjadi mudah dipahami, yaitu:

  1. Kolaborasi sebagai cara kerja, karena kerja sendirian itu lonely, apasih 😛
  2. Eksperimentasi sebagai semangat untuk terus berinovasi. Salah satu eksperimen yang menantang untuk dilakukan adalah unlearning, membuang, menghentikan, atau mengubah kebiasaan kita untuk mencoba cara baru yang boleh jadi terinspirasi oleh cara yang dilakukan oleh ratusan kreator yang ada di Pasar Kolaboraya.
  3. Raya sebagai gambaran skala besar dan keberagaman. Perubahan kecil itu emang cute, tapi perubahan besar itu adalah tujuan yang bisa memantik perubahan-perubahan lain.

Satu keyword dalam pasar ini adalah ekosistem. Ini bukan tentang pelajaran Biologi yang bikin ngantuk. Ekosistem organisasi itu ibarat hutan yang isinya berbagai macam makhluk. Dari yang kelihatan sampai yang nggak keliatan kayak lelembutan. Ada yang jadi pohon besar, ada yang jadi semak-semak, bahkan ada yang jadi jamur yang nempel di batang pohon tumbang. Ada yang jadi bunga dan ranting, batu dan sungai, dan ya itu, mungkin ada yang awalnya tak kelihatan tapi melalui orang-orang tertentu, bisa jadi kelihatan dan diajak berkolaborasi. Di hutan kan gitu ya? Sama seperti ekosistem organisasi maupun komunitas, banyak banget gaya, visi, kreativitas, yang juga perlu saling mendukung dan melengkapi.

Membangun ekosistem ini nggak semudah bikin Indomie, tapi juga nggak serumit bikin rendang. Ada 6 elemen yang diperkenalkan dalam Pasar Kolaboraya. Semua elemen itu dibabarkan dengan cara yang sangat-sangat kreatif dan menyenangkan. Dengan host yang bukan dari orang-orang formal yang bikin bete, tapi host yang belum pernah saya temukan sepanjang hayat mengikuti kegiatan, yaitu Teater Koma!

Bagi saya yang senang sekali nonton teater, ini adalah cara gokil. Para dedengkot teater koma membawa kita (seluruh peserta) dalam dunia seni peran mereka untuk membuka ke enam eleman satu persatu. Setiap elemen menghadirkan ecosystem builder yang menginspirasi. Bukan cuma itu, bahkan kita, para kreator juga dilibatkan pada berbagai sesi untuk menunjukkan peran kita yang sesungguhnya sebagai bagian dari ekosistem perubahan.

Sebagai penutup, Pasar Kolaboraya ini bener-bener bikin kagum. Ngeliat ratusan anak muda dari berbagai daerah share ide dengan penuh semangat, rasanya ada harapan buat masa depan Indonesia. Mungkin besok-besok kita masih bakal ngomel soal macet atau soal petani yang menanam tapi hanya menuai tangisan. Tapi setidaknya dalam kegiatan full dari pagi sampai malam kemarin, kita jadi tahu ada sekumpulan anak muda, kreator, komunitas, enjio, yang lagi berusaha keras melakukan kolaborasi yang raya dan mengubah keadaan. Dan tentunya dengan cara beragam, sebagaimana yang bisa saya rasakan saat sesi terakhir: Unboxing. Semua peserta yang tergabung dalam 6 kelompok besar menyajikan ide perubahan mereka dengan cara yang berbeda-beda, seperti musik, perkusi, slam poetry, visual, olah tubuh, dan teater. 

Sayangnya saya tidak sempat nongkrong lagi sama orang-orang keren yang mengikuti kegiatan tersebut. Juga gak sempat berterima kasih sama berbagai elemen organizer yang membuat acara itu sangat gokil. Saya harus mengejar pesawat yang akan terbang ke Ambon pada jam 1 dini hari untuk melanjutkan perjalanan ke Masohi, Maluku Tengah. Dalam perjalanan itulah saya nge-draft catatan ini, sebagaimana yang saya rasakan. Terima kasih, semua pihak yang sudah membuat acara keren ini. Terima kasih Roemah Inspirit!

foto-foto: ngembat dari jepretan tim dokumentasi Roemi di IG @kolaboraya

Update: aku sudah sampai di Masohi 🙂

https://www.instagram.com/reel/DBRXWojPXYW/?igsh=MTV2dGFic2RuZG96OA==

2 responses to “Pasar Kolaboraya: Membangun Ekosistem Perubahan”

  1. Ega Avatar
    Ega

    Makasih banget udah jadi bagian yang kasih semangat dari sebelum ada sampai akhir acara dan beyond mas MT.
    Ini yang bikin semua kerja keras terbayar dan yakin eksperimentasi kolaborasi raya ini punya harapan. Merinding membayangkan energi luar biasa di malam penutupan bisa selalu ada dan tumbuh

    1. admin Avatar
      admin

      bangga lihat Ega pas buka acara

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *