Setiap ke Jogja bareng tim ICT Watch, terutama jika ada mas DBU, bisa dipastikan kami akan menyempatkan makan Gudeg Yu Djum. Jika sate klathak menjadi menu makan malam, gudeg adalah menu sarapan atau makan siang. Kali ini Om Sehat mengajak kami ke Gudeg Yu Djum Pusat, yaitu di lokasi yang lebih dikenal namanya dengan Selokan Mataram.
“Kalau rasanya sama saja, kenapa harus jauh-jauh ke Selokan Mataram?” tanyaku.
Rupanya pertanyaanku terjawab dengan suasana yang kudapati di rumah Yu Djum itu. Kami bisa nyelongcong ke dapur Yu Dzjum. Ada yang selama ini tak kuduga tentang sosok yang sedang memasak di dapur itu. Gudeg yang sudah terkenal kenikmatannya itu bisa kami saksikan sendiri proses masaknya. Tak ada yang disembunyikan. Terbuka, asal sopan. Ingat, asal sopan!
Makan di rumah Yu Djum memang terasa makan di rumah, bukan di kedai. Aku bahkan bisa bercanda dengan karyawan Yu Djum yang sedang berkumpul untuk mengocok arisan. Setiap kocokan menentukan 3 orang yang beruntung mendapatkan arisan. Ini merupakan cara untuk merekat keakraban sesama karyawan layaknya keluarga.
Sambil makan kami menikmati alunan lagu-lagu lama yang dinyanyikan oleh sekelompok pengamen tua. Penampilan pengamen tua ini ada juga di film Linimassa 2. Suara ibu yang menjadi vokalis khas banget. Setiap bait ia akhiri dengan vibra. Unik dan sepertinya cuma ia yang bisa begitu. Pengamen ini sangat menghibur kami.
Ah, sudahlah. Aku tak banyak kata. Nikmati saja video performance pengamen di Gudeg Yu Djum.
Leave a Reply