Kala hujan makan mie ayam. Hm… sungguh menggoda. Berangkatlah aku bertiga Miki dan Rastan ke warung Mie Ayam di sekitar rumah. Kami jalan kaki berpayungan, sambil memainkan air hujan yang menetes di payung. Ciprat-cipratan. Meskipun pakai payung, tetap aja basah nih muka kena cipratan hujan. 😀
Tiba di warung Mie Ayam. Sepertinya kami pengunjung pertama sore ini. Cuma ada masnyah sedang goyang menikmati dangdut pantura. Bukak sitik, josss!
“Mie ayam tiga! Dua pakai bakso, satu nggak.” pesanku ke Masnyah yang langsung beranjak menyiapkan pesanan. Kami duduk di belakang Masnyah. Kelihatannya ia gembira banget mengelap mangkuk pun sambil bergoyang dangdut. Sampai pada saatnya ia terdiam.
“Maaf, mas. Boleh saya pinjam payungnya?” Masyah meminta.
“Pake aja, mas. Eh, memang mau ke mana?” Tanyaku.
“Anu, mas. Ternyata ayamnya belum dianter sama orang rumah. Saya mau ambil dulu, ya?”
“Ya, silakan, mas.” kupersilahkan. Mau gimana lagi. Mana enak makan mie ayam kalau racikan ayamnya tak ada. Namanya jadi mie rebus doang.
Kami pun sabar menunggu sampai Masyah kembali, sambil menikmati riangnya dangdut pantura yang sesekali terdengar suara MC menyebut nama band dan recordingnya. Dengan dangdut,menunggu tetap asyik goyang. Tareek maaaang!
Leave a Reply