Jadi Anak Enjio

Pernah gak ditanya sama orang yang duduk bareng di bus atau kereta?Kerja di mana? Lalu saat kita jawab, di NGO atau LSM, gestur yang bertanya langsung ngangong. Kadang ada juga yang bilang, “Oh, NGO… yang suka marah-marah ya?” atau “Oh, yang suka mintain duit ya?” Mungkin kamu pernah menemukan label atau stigma negatif lainnya terhadap NGO yang lebih sering saya tulis Enjio.

Dalam dinamika sosial-politik Indonesia, Organisasi Masyarakat Sipil (OMS) atau NGO memainkan peran penting sebagai penggerak perubahan sosial. Namun sering kali kita melihat polarisasi di kalangan OMS dalam hubungannya dengan pemerintah. Ada yang memilih jalan kolaboratif, ada juga yang mengambil posisi sebagai watchdog yang selalu mengkritisi kebijakan pemerintah.

Untuk mengetahui enjio apa saja yang kolaboratif maupun yang kritis, silakan riset sendiri aja melalui platform pencarian yang kredibel. Kita akan disajikan informasi tentang enjio-enjio tersebut.

Apakah yang pro berarti baik dan yang kontra berarti buruk? Nggak dong. Setiap enjio punya perspektif, program dan strategi untuk menjalankan visinya. Baik buruknya tergantung integritas orang-orang yang ada dalam enjio tersebut terhadap visi dan sikap organisasinya.

Apakah enjio harus memilih salah satu dari dua kutub tersebut? Pengalaman ICT Watch selama 22 tahun menunjukkan, ada jalan lain yang tersembunyi di atara dua jalan mainstream (pro-kontra terhadap pemerintah). Seperti sebuah cafe hidden gem, ini sebuah posisi yang memungkinkan enjio tetap efektif dan kredibel tanpa harus mendapatkan validasi apakah pro atau kritis terhadap pemerintah.

ICT Watch fokus pada isu literasi digital dengan program unggulan Internet Sehat. Enjio ini menerapkan pendekatan multi-stakeholder, membangun kolaborasi dengan berbagai pihak, mulai dari pemerintah, komunitas lokal, organisasi masyarakat sipil, sektor akademisi, hingga pelaku bisnis termasuk platform media sosial. Prinsipnya sederhana namun tegas: asyik-asyik aja bekerja sama dengan siapapun selama visinya sinkron dan kompatibel, dan tidak terkait dengan kepentingan politik kekuasaan.

Bagi aktivis muda yang ingin berkiprah di dunia enjio, ada pemelajaran berharga dari model ICT Watch:

Pertama, fokus pada isu spesifik. ICT Watch memilih literasi digital sebagai fokus kerja mereka. Ini membuat posisi mereka lebih jelas dan dampak program lebih terukur. Untuk konteks sekarang, banyak isu yang bisa dipilih – dari pendidikan, kesehatan, keamanan, privasi, keluarga, pemberdayaan ekonomi, dan lebih banyak lagi. Jadi fokus pada isu, bukan posisi.

Kedua, bangun kolaborasi yang inklusif namun selektif. Jangan ragu bekerja sama dengan berbagai pihak, misalnya dengan enjio lain baik yang pro maupun kontra, termasuk pemerintah. Selama ada kesamaan visi dan tidak ada kepentingan politik, yuk jalan aja. Yang penting adalah menjaga independensi organisasi dan fokus pada dampak program.

Ketiga, jadilah konstruktif. Kritik boleh, bahkan wajib, tinggal bagaimana cara menyampaikan kritik tersebut. Setiap enjio punya cara dan gaya unik dalam menyampaikan kritik. ICT Watch membuktikan bahwa enjio bisa tetap kritis dalam melakukan aksinya di tengah masyarakat melalui program-program pemberdayaan. Ini contohnya terjadi saat saya memberikan workshop ke sekelompok warga desa di Halmahera Selatan. Saya tetap mendorong warga agar berani menyampaikan apa yang kurang oke di daerahnya. Jangan takut mengkritik pemerintah. Kalau kita tidak mengkritik, bagaimana pemerintah bisa tahu kalau ada yang nggak beres di pelosok negerinya. Tokoh muda yang bertanya itu bilang takut dipenjara pake UU ITE. Saya bilang, jangan takut sama UU ITE, takutlah sama pikiran kita yang keliru dalam memahami persoalan.

Keempat, jaga profesionalisme. Konsistensi ICT Watch selama 22 tahun menunjukkan pentingnya tata kelola yang baik, termasuk dalam hal pengelolaan program dan keuangan. Ini krusial untuk menjaga kredibilitas organisasi dalam jangka panjang.

Kelima, tetap adaptif. Seperti harga beras, minyak goreng, dan cicilan KPR, dunia terus berubah, begitu juga tantangan yang dihadapi masyarakat. Enjio perlu terus berinovasi dan menyesuaikan program dengan kebutuhan zaman, seperti yang dilakukan ICT Watch dalam menghadapi perkembangan teknologi digital.

Bagi aktivis muda, penting untuk memahami bahwa bekerja di sektor enjio bukan soal memilih kubu, tapi bagaimana memberikan dampak maksimal bagi masyarakat. Model yang ditunjukkan ICT Watch membuktikan bahwa enjio bisa tetap berperan selama menjaga integritas dan independensi. Yang terpenting adalah fokus pada isu yang dipilih, bangun kolaborasi yang tepat, dan selalu prioritaskan dampak bagi masyarakat. Mau posisinya di kanan, kiri, atas, bawah, tengah, pojok, sama-sama enak kok kalau kita tahu cara mainnya.


Discover more from #blogMT

Subscribe to get the latest posts sent to your email.

3 responses to “Jadi Anak Enjio”

  1. dobelden Avatar
    dobelden

    Sebagai anak enjio yang nyamar jadi bakul kopi, pertanyaan soal enjio ini menarik. Tp karena konsistensi ictw selama 22 tahun++ sangat gampang menginfokan di mana tempat kita jadi anak. #tsah

    1. MT Avatar
      MT

      #tsaaaaah banget dah

  2. Bugi Avatar
    Bugi

    Om MT, menarik cara ‘klasifikasi enjio’ itu … spill caranya dong hehe, juga, mengkritik itu tidak harus dalam posisi berhadapan/frontal kan ya, bisa juga dengan saling berjalan beriringan ;D

Leave a Reply

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.