untuk pemesanan gula batu silakan hubungi DISTRO:
Tulisan tentang gula batu pertama kali kutulis di blogku pada tahun 2009. Pengalaman di Cirebon itulah yang membuatku mulai menyukai gula batu. Kalau dulu aku mendapatkan gula batu di warung saat ngeteh pagi, kali ini aku langsung mendatangi tempat pembuatnya.
Mas Amrun yang mengantarkan aku ke Dusun Kepek, Timbulharjo, Sewon, di Kabupaten Bantul. Di dusun itulah aku melihat langsung bagaimana Mas Wahyu membuat gula batu. Saat aku tiba, Mas Wahyu sedang menjelaskan sesuatu kepada anggota keluarganya yang membantu membungkus gula batu siap dijual. Sempat beberapa saat aku speechless karena bisa menyaksikan langsung bagaimana Gula Batu dibuat.
Mulanya semalam di rumah Amrun, aku sedang ngumpul bareng teman-teman Jogja. Kami berencana mau makan malam di tempat Sate Klatak, yang tak jauh lokasinya dari situ. Temanku di Bogor, WKF –yang kini sudah agak baikan di Twitter– memesan oleh-oleh gula batu seperti yang pernah dibawakan Tomy Taslim, seorang dosen film yang terpaksa memilih hidup miskin ketimbang menerima proyek yang harus di-mark-up. “Pokoknya kalo lu pulang, harus bawa itu!” Titah WKF kepadaku. Kulaporkan pesanannya ke Tomy dan Amrun. Yang mendapat laporan malah cekikikan, “Gampang itu! Besok aku anter ke pembuatnya, biar puas!” jawab Amrun.
Ketika siang masih bisa dibilang pagi oleh yang doyan begadang, Amrun sudah mengantarkan aku ke rumah Mas Wahyu Pembuat Gula Batu. Ia mempersilakan aku memasuki ruang tempat memasak gula yang berasal dari tebu asli tanpa tambahan bahan pengawet. Bukan cuma itu, aku juga boleh menyentuh gula batu yang masih dalam proses pengendapan, pengkristalan, hingga pembungkusan. Ia pun menjelaskan beberapa hal yang tak kutanyakan. Gula batu buatannya ada dua warna, putih dan kuning. Yang putih murni tanpa campuran apa pun, sedangkan yang kuning hanya diberi sedikit pewarna dari buah. Mas Wahyu amat menghindari bahan kimia dalam pembuatan gula batunya. Ia ingin menjual sesuatu yang lebih baik dan tak membahayakan pelanggannya.
Dari pengepakan pun ada 3 kualitas. Ada yang standar yang seperti pada gambar gula batu yang belum dibungkus. Ada yang kristal, yang pembuatannya melalui proses lebih lama. Yang ketiga adalah kristal super, yang proses penyaringannya tiga kali lipat dibandingkan kristal yang biasa. Biasanya pelanggan di luar Pulau Jawa memesan langsung gula batu ke mas Wahyu. Mereka membayar sekaligus biaya kirim yang biasanya memakai jasa Sopir Bus Antar Kota Antar Propinsi.
“Kenapa tak memakai jasa kurir seperti JNE, TIKI, Paket Pos, atau yang sejenisnya, mas?” Tanyaku.
Alasannya simpel. Dengan memakai jasa Sopir Bus AKAP, sama-sama mendapatkan keuntungan. Ia mendapatkan biaya ongkos kirim yang relatif lebih murah dibandingkan jasa kurir lazim. Sedangkan Sopir mendapatkan tambahan rezeki karena jika hanya mengandalkan tarif penumpang saja, tentu tak cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup. Jadi ke manapun ia mendapatkan pesanan Gula Batu, akan ia prioritaskan untuk dikirim melalui Sopir Bus AKAP. Bus Malam, kata temanku.
Teman-teman yang mau memesan Gula Batu, boleh menghubungi nomor telepon mas Wahyu 0877 38044 561. Tetapi kusarankan lebih enak langsung bertandang ke rumahnya di Dusun Kepek. Lebih asyik buat yang suka jalan-jalan. Trip&Pic
UPDATE:
Per 28/12/2014 lokasi rumah produksi gula batu ini sudah pindah. Berikut terlampir informasi dari mas Amrun via Facebook.
#UpdateLagi Februari 2019
1 Februari 2019 kemarin aku kembali bertemu dengan mas Wahyu pengusaha gula batu ini. Masih diantar mas Amrun dan Om Acep, kami berbincang tentang perkembangan usaha gula batu. Menurutnya, ia sudah lama banget ngomong ke mas Amrun kalau ingin bertemu denganku lagi. Kupikir ada apa gerangan. Ternyata cuma mau bilang terima kasih, sebab banyak sekali orang yang menghubunginya dan menjadi pelanggannya karena menemukan informasinya di blogku. Wah, nggak nyangka juga aku.
Kaget dan bangga juga rasanya melihat pabriknya begitu luas. Dulu, pertamakali ketemu mas Wahyu ya di Dusun Kepek, di rumahnya yang tak terlalu luas untuk usaha pembuatan gula batu. Ternyata bisnisnya makin berkembang. Area pabriknya makin luas. Bahkan yang lebih keren, sampai diliput TV. Salah satunya ada di acara Jejak Si Gundul.
Bukan cuma itu, mas Wahyu juga menuturkan, selain gula batu, ia juga mulai memproduksi Gula Semut atau Brown Sugar. Khusus untuk produksi ini, ternyata mendapatkan respon positif dari pembeli di luar negeri, terutama Timur Tengah. Bahkan ia sampai punya pelanggan di Dubai. Menurutnya, Brown Sugar yang diproduksi masuk Grade A. Jadi memang harganya lumayan tinggi kalau dibandingkan di Jogja. Tapi kalau di hotel-hotel memang itu harganya pas.
Senang sekali menyaksikan usaha teman yang berhasil. Tapi tetap saya sadar bahwa keberhasilannya itu merupakan hasil dari proses yang tentu punya membuatnya kadang stress dan kadang tertawa sendiri. Namanya juga usaha, tentu ada tantangan dan persoalan.
Sebelum pulang, aku berpose dulu. Sejak ketemu 2014 dulu, baru kali ini berfoto bareng pengusaha gula batu.
Leave a Reply