Banyak alasan kenapa seseorang hobi menyukai dan mengoleksi barang-barang tua. Barang antik, umumnya orang bilang. Ada yang karena prestise, historis, boleh jadi juga karena alasan bisnis.
Salah satunya adalah temanku, Bubung dan Siti. Kalau jalan bareng mereka, tak bisa menghindari lapak yang menjual barang bekas. Apalagi kalau lapak itu memajang barang-barang lawas, pasti mampir. Awalnya aku mikir, kenapa mereka senang sekali membeli barang bekas. Seperti waktu jalan ke Bandung di Minggu pagi, nggak sengaja terlewati lapak barang bekas di pasar. Jadilah kami turun dan jalan-jalan mencari barang. Hunting, katanya. Pulang dari Bandung, kami membawa serta timbangan bekas lengkap dengan logam pemberatnya. Barangnya berkarat, kotor, dan agak bau. Tapi begitulah mereka. Yang namanya hobi, ya selalu happy.
Ternyata beli barang antik itu ada nilai ekonominya. Bubung dan Siti kan punya usaha seserahan dan dekor, koleksi barang antiknya dia pakai untuk kebutuhan tersebut. Dekor dan seserahan mereka bisa dilihat di Instagram @grimis.
Saat aku lihat showroom mereka, barang-barang antik itu menjadi properti yang bikin suasana di “bengkel”nya itu betah. Telepon jadul, mesin ketik underwood yang layak dipanggil mbah, lampu kaca klasik, radio jadul, mesin jahit, peti harta karun dan balok-balok kayu bikin orang senang selfie/groufie.
Dulu, itu barang rongsokan lalu mereka bersihkan hingga menjadi enak dilihat. Ya, barang tua memang bisa menjadi keren dan kekinian jika dirawat oleh mereka yang menyukainya.
cerita ini tersedia juga di IG @mataharitimoer. Aku lagi jalani program #30haribercerita. Buat seneng² aja, sebab udah lama nggak ngeblog.
Leave a Reply