Anak Pasar Mau Bikin Perubahan

Kalau ditanya adakah momen dalam hidup yang bikin saya pause sejenak dan mikir, “ini beneran kejadian?” Pasar Kolaboraya adalah salah satu momen itu. Di tengah berita-berita politik yang bikin muak, di antara kabar masyarakat yang berhadapan dengan penguasa tambang, saat kesal melihat keleluasaan koruptor yang mengatur aparat penegak hukum, ternyata masih ada momen yang bikin hati adem dan pikiran fresh. Ya, itulah Pasar Kolaboraya.

Saya mau berbagi kesan sebagai anak pasar itu. Istilah kerennya “refleksi” atas apa yang mengena dan melekat saat jadi “anak pasar kolaboraya”.

Di pasar itu saya jadi tahu elemen 5U untuk melihat kegelisahan saya hari ini dan harapan untuk masa depan Indonesia. Mari kita kupas satu-satu. Jangan meneteskan air mata sebab kita tidak sedang mengupas kulit bawang!

Understanding: Mendobrak Stereotype

Jujurly, awal datang ke Pasar Kolaboraya saya sempat punya ekspektasi standar acara formal. Kayak presentasi dengan template yang itu-itu aja, diskusi panel yang kadang bikin ngantuk, dan ice breaking yang bikin awkward. Tapi ekspektasi itu lenyap diterpa “cara main” anak-anak Pasar Kolaboraya.

Paskol mendobrak dua stereotype yang selama ini nempel di dunia aktivis dan NGO (baca: Enjio). Pertama, soal generasi muda yang katanya hidupnya cuma buat cari kerja. Ada teman aktivis yang bilang, “anak-anak muda itu, misalnya gen Z, kalo mereka masuk ke NGO cuma buat kerja, ya gak bakalan panjang. Pasti mereka bakal pindah kalau dapat pekerjaan baru di korporasi besar yang gajinya lebih baik. Sebab di Enjio kita bukan cuma kerja tapi hidup bersama masyarakat yang kita dampingi. Perlu kuat mental. Duit yang diterima gak bakal masuk buat memenuhi kebutuhan sebulan.”

Tapi yang saya lihat di Pasar Kolaboraya justru sebaliknya. Anak-anak muda yang hadir punya fire yang beda. Mereka nggak kelihatan “kerja” (kayak di corporate gitu), tapi punya misi personal yang aligned sama misi sosial. Ada yang cerita gimana dia mengedukasi masyarakat di daerah 3T. Ada yang rela tidur di gubuk demi mendampingi masyarakat adat. Yang kayak gitu saya pikir nggak bakal bisa dilakukan oleh anak muda yang hidupnya cuma buat cari gaji. Pekerjaan seperti itu hanya bisa dilakukan oleh anak muda yang suka cari masalah hahaha… nggak. Maksud saya mereka mencari jati diri agar hidupnya bermanfaat buat masyarakat yang mereka dampingi untuk visi perubahan. Dan anak-anak muda kayak gitu saya temukan di Paskol.

Stereotype kedua yang dibantah adalah anggapan bahwa “anak Enjio harus selalu melawan pemerintah”. Buat YTTA, image aktivis kan biasanya harus selalu berada di luar sistem untuk mengkritik. Tapi Pasar Kolaboraya justru membuktikan bahwa perubahan sosial yang sustainable butuh kolaborasi dari berbagai pihak.

Di satu hari itu saya melihat anak Enjio maupun Komunitas berdiskusi santai sama pejabat daerah, pejabat pemerintah desa yang sharing pengalaman ke komunitas akar rumput, akademisi brainstorming bareng seniman, dan segala macam. Nggak ada sekat “kita versus mereka”. Yang ada adalah kesadaran bahwa negara ini memang lagi sakit namun masalah sosial yang menjadi dampaknya, terlalu berat kalau diselesaikan sendiri-sendiri. Yura juga gak bakal kuat kalo nggak kolab.

Seharian itu elemen Understanding membekas di hati saya, yaitu energi dan semangat dari ratusan anak muda yang datang dari berbagai daerah. Mereka nggak cuma hadir secara fisik tapi hadir dengan jiwa dan pikiran yang menyala. Ini bukan festival seni tapi forum diskusi perubahan sosial di Indonesia yang dikemas sekreatif festival seni!

Unlearning: Plot Twist yang Bikin Mangap Sampe Lupa Nutup Mulut

Ngomongin kejutan Paskol ini kayak nonton film yang plot twistnya bertubi-tubi. Yang paling bikin kaget tentu saja konsep MC-nya. Siapa sangka Teater Koma bakal jadi host? Ini bukan sekadar menghibur, tapi benar-benar mendobrak mindset kalau acara serius harus kaku dan formal. Teater Koma nggak cuma jadi MC, mereka menjadi medan magnet yang mengubah setiap sesi jadi pertunjukan yang interaktif. Semua orang terserap dalam energi mereka.

Yang juga bikin melongo adalah bagaimana Pasar Kolaboraya meruntuhkan tembok-tembok ego sektoral. Ada cerita menarik dari seorang aktivis yang dulunya vocal “anti-pemerintah”. Saat ngobrol, dia cerita gimana pandangannya berubah setelah sadar bahwa advocacy by conflict nggak selalu efektif. “Kadang kita perlu duduk bareng, ngopi bareng, untuk nemu commonground,” katanya. “Yang penting prinsip kita nggak berubah: membela yang lemah dan menjaga sustainabilitas.”

Ini pembelajaran berharga: bahwa perlawanan nggak harus selalu berbentuk konfrontasi. Kadang, perubahan justru lebih efektif lewat dialog dan kolaborasi. Seperti kata salah satu peserta dari pemda yang kira-kira kayak gini, “Kami butuh kritik dari masyarakat karena masyarakat tahu apa yang mereka mau. Dari situlah kami merencanakan kegiatan berbasis budaya di desa kami.”

Unlearning yang kutangkap, kalau disederhanakan, perubahan sosial itu nggak melulu soal program dan proyek yang serius. Kadang, yang kita butuhin itu ruang buat bereksperimen, berimajinasi, dan ya… sedikit gila-gilaan. Kalau perlu, tinggalkan kebiasaan yang selama ini membuat kita nyaman.

Unleashing: Merchandise yang Dibawa Pulang

Dari Paskol saya mendapat tiga nilai utama yang bisa langsung dipraktekkan dalam hidup sehari-hari.

Pertama, tentang kolaborasi sebagai DNA. Kolaborasi ternyata bukan sekadar kerja bareng atau bikin MoU yang formal. Lebih dari itu, ini soal membangun kepercayaan dan saling memahami satu sama lain. Saya menyaksikan sendiri bagaimana beberapa komunitas yang tadinya kerja di bidang yang sama tapi tidak pernah berinteraksi, tiba-tiba menemukan chemistry dan langsung membuat rencana kolaborasi begitu bertemu di Pasar Kolaboraya.

Nilai kedua yang tak kalah penting adalah menjadikan eksperimentasi sebagai gaya hidup. Di sini kita diajak untuk tidak takut dengan kata “eksperimen” atau “gagal”. Seperti kata salah satu peserta yang berbagi pengalaman menarik: dia gagal berkali-kali dalam membangun ide, tapi justru dari kegagalan itulah dia menemukan model bisnis yang kini sustainable. Ada juga komunitas yang berani mencoba pendekatan tidak biasa dengan menggunakan game untuk edukasi lingkungan. Every failure is a data point. Setiap kegagalan adalah pelajaran berharga.

Ketiga, prinsip “Think Big, Start Small, but Start Now” menjadi pegangan penting. Kita boleh bermimpi setinggi langit, tapi aksi harus dimulai dari sekarang. Tidak perlu menunggu sempurna atau menunggu dana besar. Ada kisah inspiratif dari peserta yang memulai gerakannya hanya dari Instagram story, yang kemudian berkembang menjadi gerakan yang lebih besar. Kuncinya adalah konsistensi dan semangat untuk terus belajar.

Upshifting: Ketemu yang Bikin Merinding

Di Pasar Kolaboraya, momen-momen magis justru sering terjadi secara spontan dan tidak terencana. Obrolan random saat antri kopi berubah menjadi diskusi serius tentang integrasi kearifan lokal dengan teknologi digital. Anak tangga menjadi tempat brainstorming dadakan tentang sistem pertukaran pengetahuan antar komunitas. Bahkan ada yang menemukan teman debat saat sama-sama mencari tempat sebat.

Yang membuat setiap perjumpaan terasa istimewa adalah semangat yang terpancar dari setiap peserta. Mereka tidak sekadar membawa mimpi tapi juga rencana konkret dan kesiapan untuk beraksi. Dari berbagai obrolan spontan ini muncul ide-ide segar seperti platform berbagi sumber daya antar komunitas, program mentoring yang menjembatani generasi dan sektor berbeda dan untuk berbagai inisiatif yang punya dampak sosial. Yang terpenting, punya relasi baru yang saling berjanji untuk bertemu kembali kalau saya datang ke kota mereka.

Unboxing: Dampak yang Bikin Optimis

Dampak Pasar Kolaboraya terasa dalam berbagai dimensi. Bagi individu, event ini membuka kesadaran akan potensi diri yang mungkin selama ini terpendam. Jaringan yang terbangun tidak hanya luas tapi juga bermakna, ditambah dengan peningkatan kemampuan berkolaborasi dan berkomunikasi. Yang paling penting, ada pergeseran cara pandang dari semangat kompetisi menjadi kolaborasi.

Di level organisasi, perubahan terasa dari bagaimana sumber daya mulai dibagi lebih efektif dan kemitraan yang terbangun lebih berkelanjutan. Organisasi-organisasi ini juga mendapatkan pendekatan baru dalam memecahkan masalah dan kreativitas yang lebih segar dalam merancang program.

Bagi ekosistem secara keseluruhan, Pasar Kolaboraya berhasil menciptakan ruang aman untuk bereksperimen dan berbagi pengetahuan. Kepercayaan antar pemangku kepentingan menguat, melahirkan model-model kolaborasi yang belum terbiasa dicoba di Indonesia.

Yang paling mengharukan adalah menyaksikan bagaimana semua peserta merayakat gagasannya. Ini menjadi bukti bahwa perubahan sosial sangat itu mungkin terjadi dengan kolaborasi. Ini bisa menjadi role model bagaimana gerakan sosial bisa dikemas secara menyenangkan namun tetap berdampak dan membangun jaringan pegiat perubahan yang solid dari Sabang sampai Merauke. Yang terpenting, Pasar Kolaboraya menanamkan begitu banyak harapan untuk Indonesia yang lebih baik.

Pulang atau Berangkat?

Pulang dari Pasar Kolaboraya rasanya hati jadi lebih adem tapi otak jadi lebih gatel. Bukan karena semua masalah udah selesai, tapi karena tau ada sekumpulan orang yang lagi berusaha keras bikin perubahan. Dan mereka nggak cuma punya mimpi, tapi juga punya cara kreatif buat mewujudkannya.

Ada quotes yang jadi sticky note di kepala setelah pulang dari sana: “Kalau mau pergi cepat, pergilah sendiri. Kalau mau pergi jauh, pergilah bersama-sama.” Pasar Kolaboraya adalah bukti kalau jalan bareng-bareng itu bukan cuma bikin perjalanan jadi lebih jauh tapi juga jauh lebih seru dan meaningful!

Siapa tau dari kolaborasi-kolaborasi kecil yang terjalin di Pasar Kolaboraya ini, bakal lahir solusi-solusi besar yang bikin Indonesia lebih baik. Ketika space-nya tepat, ketika chemistry-nya match, dan ketika semangatnya menyala, perubahan itu nggak cuma mungkin, tapi tak terhindarkan!

Yang pasti Pasar Kolaboraya bukan endpoint tapi starting point. Ini bukan happy ending tapi happy beginning. Dan kita semua diundang buat jadi bagian dari cerita ini. So, what’s your role gonna be in this story of change?


Discover more from #blogMT

Subscribe to get the latest posts sent to your email.

Leave a Reply

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.