“Dia sudah selesai dengan dirinya sendiri.” pernah nggak ada yang ngomong begitu padamu? Yuk, kita baca!
Apakah “selesai dengan diri sendiri” hanya milik mereka yang kaya, sukses, dan terkenal? Apakah orang miskin, yang masih berjuang untuk memenuhi kebutuhan dasar, yang masih antre beli gas miskin, yang masih bayar cicilan utang, tidak mungkin mencapai kondisi yang dibilang “selesai dengan dirinya sendiri”? Kalau memang iya, dunia ini sungguh kejam, seolah hanya mereka yang berada di puncak piramida sosial yang bisa mencapai kondisi tersebut. Dalam sebutan lain ada yang bilang, Orang Sukses. Tapi benarkah sukses dan ketenangan hanya bisa diraih oleh segelintir orang? Ataukah selama ini kita keliru memahami arti sukses itu sendiri?

Banyak orang yang kita anggap sukses, mereka yang bergelimang harta, memiliki jabatan tinggi, banyak investasinya, banyak perusahaannya, banyak tambangnya, banyak followernya, atau dielu-elukan oleh banyak orang, ternyata belum selesai dengan dirinya sendiri. Mereka masih dihantui ketakutan akan kehilangan segalanya, masih sibuk mengejar pengakuan, masih terjebak dalam kegelisahan untuk terus lebih dan lebih lagi, mereka masih kesal kalau postingannya cuma mentok dilihat sama 200 orang. Sementara itu ada orang-orang yang hidup biasa saja bahkan dalam keterbatasan, tetapi bisa menjalani hari-hari mereka dengan damai. Mereka tidak merasa tertinggal, tidak iri dengan pencapaian orang lain. Yang seperti inilah yang bisa dibilang sudah berdamai dengan diri mereka sendiri.
Selesai dengan diri sendiri bukan berarti berhenti berkembang atau menyerah pada keadaan. Apalagi bunuh diri. Salah besar. Itu mah selesai hidup! Mereka yang selesai dengan diri sendiri tetap berusaha dan bekerja keras, tetapi bukan karena tekanan sosial atau ketakutan akan kegagalan. Mereka bergerak bukan untuk membuktikan sesuatu kepada dunia, tak membutuhkan validasi, melainkan karena mereka ingin, karena mereka menikmati perjalanan itu sendiri. Tidak ada lagi obsesi untuk mencapai standar kesuksesan yang ditentukan orang lain.
Selama ini kita sering diajari bahwa sukses adalah tentang pencapaian materialistik. Tentang seberapa tinggi jabatan kita, seberapa banyak harta yang kita kumpulkan, seberapa sering foto sama orang-orang terkenal, seberapa banyak gebetan, seberapa banyak fans atau seberapa terkenal nama kita. Kalau sukses hanya sebatas itu berarti sukses adalah sesuatu yang bisa dicabut kapan saja. Jika jabatan hilang, harta habis, atau popularitas pudar, apakah artinya kita bukan orang sukses lagi? Kalau kata Kong Haji Si’an gurunya Ace Pentura, sukses bukanlah kondisi di mana kita kaya raya tujuh turunan tujuh tanjakan tujuh tikungan. tapi apakah kita merasakan damai menjalani hidup.
Teori Maslow memang mengajarkan seseorang perlu memenuhi kebutuhan dasar sebelum mencapai aktualisasi diri. Tapi pada praktiknya, ada banyak orang yang meskipun hidupnya sederhana, bisa lebih tenang dan bahagia daripada mereka yang berada di puncak. Seorang petani di desa yang bekerja dengan hati yang ringan bisa merasa lebih sukses daripada seorang miliarder yang hidup dalam ketakutan. Seorang buruh harian yang bersyukur dengan rezekinya mungkin lebih selesai dengan dirinya sendiri daripada seorang selebriti yang selalu merasa harus tampil sempurna di depan publik.
Dalam berbagai tradisi spiritual, konsep ini juga sudah lama diajarkan. Dalam sufisme mereka yang telah mencapai kondisi ini disebut fana’, sebuah kondisi tidak lagi diperbudak oleh ambisi duniawi. Dalam filsafat Hindu, wairagya mengajarkan bahwa ketidakterikatan terhadap harta dan status justru membawa kebebasan batin. Artinya ketenangan tidak tergantung pada seberapa banyak yang kita punya, melainkan seberapa kuat kita menjalani hidup yang bagi sebagian orang hanyalah beban.
Jika kita merasa tidak pernah selesai dengan diri sendiri, wah berat banget. Hidup kita akan terasa seperti lomba lari tanpa garis finis. Selalu ada seseorang yang lebih kaya, lebih tinggi, lebih diakui. Tapi jika kita bisa berdamai dengan diri sendiri, kita bisa menemukan kebahagiaan di mana pun kita berada. Tidak ada lagi perasaan tertinggal, tidak ada lagi kecemasan yang tidak perlu, hanya ada ketenangan dan rasa cukup yang datang dari dalam.
Aku menuliskan hal ini karena kepikiran setelah membaca konten di media sosial tentang kesuksesan dan selesai dengan diri sendiri. Ah, apakah kita sudah selesai dengan diri sendiri?
Leave a Reply