Siapa sangka orang Jakarta tahu seluk-belum piknik ke Tugu Monumen Nasional (Tugu Monas). Beberapa orang yang kutemui di Monas saat Lebaran 2016 kebanyakan warga Jabodetabek. Banyak juga bahkan yang mengaku Orang Betawi tetapi baru sekali ini ke Monas. Jadi mereka tak tahu cara asyik ke Monas. Di antara mereka yang baru pertamakali mengunjungi Monas, ada yang kesal karena harus mengelilingi trotoar di luar Monas sebab pintu masuknya tak semua terbuka.
Berikut adalah beberapa tips berdasarkan pengalaman ke Monas.
1. Pintu Masuk
Pintu masuk ke Monas hanya ada dua yang dibuka untuk umum. Yaitu Pintu Barat yang dekat dengan Istana Negara dan Pintu Selatan yang dekat Gedung Indosat (Patung Kuda). Keduanya berada pada ujung Jalan Merdeka Barat. Jadi jika Anda mau ke Monas, langsung saja menuju kedua gerbang tersebut. Jangan lagi ke Pintu Timur/Utara yang dekat Stasiun Gambir. “Ditutup sama Ahok!” Jawab salah seorang petugas yang kutanya kenapa kedua pintu itu tak dibuka.
Itu kalau ke Monas naik kendaraan umum atau jalan kaki.
“Kalo bawa mubil kendiri sih, gue parkirnye di depan balekota. Depan kantornye si Ahok.” sosor Bang Rojali.
2. Loket Tiket
Perhatikan denah Monas di atas! Loket tiket untuk masuk ke dalam Tugu Monas ada di titik ungu. Titik tersebut lebih dekat jika dituju dari pintu yang dekat Istana Negara. Ya, nggak papa juga kalo mau jalan dari Pintu yang dekat Patung Kuda/Gedung Indosat.
Patokan lainnya adalah, cari Patung Pahlawan Berkuda (Pangeran Diponegoro), nah dekat situlah loket bawah tanahnya.
3. Lintasi Hutan Monas
Berjalan kaki menuju loket tiket lebih nyaman jika Anda melewati “hutan” Monas. Tentu lebih adem ketimbang lewat pedestrian tepi aspal. Tapi satu hal yang perlu dipatuhi: Jangan menginjak rerumputan dan membuang sampah sembarangan. Itu hutan udah nolong banget, terutama kalau Anda ke Monas tengah hari. Tapi sayang masih kutemukan sampah bekas botol minuman dan bungkus makanan plastik yang dibuang di sekitar hutan tersebut oleh para pengunjung tak bertanggungjawab. Jangan ditiru kelakuannya, ya!
4. Harga Tiket
Tiket masuk Monas terbilang murah. Untuk anak-anak hingga tingkat SMA cukup bayar Rp.4.000,- dan orang dewasa cuma ban go, Rp.15.000,- agar bisa menikmati pemandangan kota Jakarta dari puncak Monas setinggi 132 meter. Layanan loket dibuka sejak jam 8 pagi sampai 9 malam.
5. Bekal Minuman
Mau jajan di Monas? “Susah, mas! Sejak diatur sama Ahok, udah gak ada yang boleh jualan di sini. Mending bawa makan-minum sendiri.” Jawab seorang ibu penjual minuman botolan. Lho, koq ibu bisa jualan? “ini juga ngumpet-ngumpet, mas.” Jawabnya.
Bekal minuman itu penting banget, terutama jika Anda mendapatkan antrean panjang pembeli tiket. Belum lagi antrean di dalam Monas ketika Anda mau naik lift ke puncak Monas.
6. Cari Hari Sepi
Ke Monas saat liburan panjang seperti Lebaran dan liburan sekolah, akan mendapatkan antrean yang panjangnya benar-benar menguji kesabaran. “ini antrean udah kayak orang brenti tawaf.” Canda seorang Bapak yang kelelahan mengantre lift. Kebetulan kami berbareng satu antrean di area Timur Monas sedangkan pintu lift ada di bagian Selatan. Ya, antreannya hampir mengelilingi Monas sebab kapasitas lift hanya untuk 11 orang sementara pengunjung ratusan orang.
Mau tau contoh antrean di Monas saat liburan? Tonton aja yang ini!
Pintu lift di sebelah selatan. Antrean mengitari Monas hingga area Timur
Karena itu cari hari sepi. Menurut informasi petugas, biasanya kunjungan Monas lumayan sepi pada hari Jum’at. Dan sepi banget pada hari Senin sebab hari itu emang tutup, sih.
Inget, ya: SENIN LIBUR! Jangan kaya Iqbal, abis baca blog ini, eh ngajak anaknya ke Monas pas Hari Senin.
7. Toilet
Kalau di halaman monas, tersedia mobil toilet dekat pintu masuk. Di dalam Tugu Monas ada dua toilet yaitu di ruang diorama. Pada ruang ini, selain bisa menikmati diorama sejarah kemerdekaan Indonesia, tersedia juga Musala dekat toilet perempuan.
8. Kekeran
Di puncak Monas Anda bisa melihat pemandangan langsung. Tersedia juga 4 buat teropong untuk melihat lebih jelas berbagai obyek dari ketinggian Monas. Cuma untuk memakai kekeran itu harus bergantian ya sama pengunjung lainnya. Kekeran atau teropong itu bukan disediakan untuk keluarga Anda saja. Ingat, itu!
9. Turun
Puncak Monas itu dipagari. Jadi kemungkinan Anda loncat agar bisa lekas turun amat musykil. Gak mungkin juga bisa gantung diri di puncak Tugu Monas. Jadi kalo ada orang yang berkoar mau gantung diri di sana, pastikan bahwa orang tersebut bego atau memang dia pendusta berwajah ramah.
Dalam kondisi penuh pengunjung Anda bisa turun dengan lift dari Puncak Monas (lantai 3) ke Cawan (lantai 2). Dari area Cawan Anda tinggal menapakai tangga memutar menuju lantai 1 atau sisi kanan pintu lift.
Dari situ Anda bisa juga sih mengunjugi Ruang Kemerdekaan. Di ruang tersebut Anda bisa mendengarkan suara asli Presiden Sukarno saat membacakan naskah Proklamasi Kemerdekaan Repoeblik Indonesia. Tak sedikit pula pegunjung yang ingin mendengarkan suara Sukarno. “Kalau suara Megawati suka dengerin nggak, Be?” tanyaku ke Bapak tua yang mengaku bernama Marjuki. Panggilannya Babe dari Sawangan. Yang kutanya malah mesem-mesem aja lalu menjawab, “Pret!”
10. Gratis Kereta
Saatnya pulang meninggalkan Monas. Di dekat loket tiket ada dua kereta wisata yang bisa Anda tumpangi gratis. Syaratnya hanya menunjukkan tiket masuk ke Monas. Sebab itu jangan buang tiketnya. Lumayan naik kereta ini. nda nggak perlu jalan kaki lagi menuju pintu keluar di mana Anda pertamakali masuk.
11. Jangan Jadi Public Enemy
Ini sekadar tambahan aja. Saat antrean panjang, jangan nekad menjadi musuh masyarakat (public enemy) dengan menjadi pura-pura bego lalu nyelak antrean. Buat Anda yang punya penyakit “nyelak” kuingatkan agar mengurungkan kebiasaan menjijikkan itu. Sadari bahwa orang yang antre berjam-jam itu menjadi saling kenal siapa yang ada di depan dan belakang antreannya. Maklumlah hampir dua jam mereka Antre jadi saling mengenal (minimal ingat tampang). Anda akan dikeroyok kalau tetap nekad nyelak. Seperti nasib 4 rombongan yang berusaha menyelak antreanku. Rasakan keroyokan pengunjung yang merundung (bully) mereka.
Leave a Reply