Sebelum ke Baduy, aku menyempatkan diri bersama teman-teman mancing di laut. Kami memakai perahu nelayan punya temanku. Beberapa membawa perlengkapan masing-masing. ada yang bawa beras, kompor gas kecil, panci, pancingan, dan peralatan standar lainnya. Bahkan ada juga yang bawa pelampung (hihihi… banyak juga yang nggak bisa renang). Bahkan satu orang ada yang bawa obat anti mabok, buat persiapan…
Ombak di pantai pasauran memang sedang lumayan besar. Namun itulah salah satu kenikmatan naik perahu nelayan. Apalagi ketika kami melihat Anak Gunung Krakatau lebih dekat, hm… lebih dahsyat walau mengerikan juga sih.
Beberapa teman berhasil mendapatkan ikan yang lumayan besar-besar. Dua orang terkapar dan muntah karena tak tahan terombang-ambing ombak. Terutama yang bawa Obat Anti Mabok. Kasihan, ternyata obat andalannya itu tertinggal di mobil, di darat sana hahaha…
Aku sendiri nggak bisa mancing. Hanya ikut menikmati kebahagiaan bersama saja. Tapi aku tahu diri, dari pada nganggur, akhirnya aku ambil bagian masak nasi liwet. Wah, seru juga ngeliwet nasi di atas perahu yang terombang-ambing ombak. Satu orang membantu memastikan agar kompor gas (sumbangan kelurahan) dan pancinya tidak jatuh. Dua orang ABK membantu membakarkan ikan.Hm… aromanya melaparkan perut kami.
Selesai! Kami makan bersama di atas perahu, di tengah selat Sunda. Ini salah satu pengalaman menyenangkan selama tinggal di Banten. Hm… 27 hari lagi aku harus meninggalkan Banten yang penuh dengan sensasi historis ini… berat, tapi tetap harus dijalankan. Inilah hidupku, selalu mencari domisili baru. 4 Tahun di Banten cukuplah, selanjutnya: Bogor, Siap Menyambutku!
Leave a Reply