Awalnya aku tak tertarik sama sekali untuk mampir ke warung kecil dan agak kumuh. Ditelisik dari posisi, warung tersebut menurutku kurang strategis. Boleh dibilang sering tak diperhatikan orang yang melintasi jalan Bantarkemang Raya. Apa lagi di seberang warung tersebut berdiri kokoh Toko Bahan Bangunan yang luasnya mungkin 10 kali warung kecil itu. Tetapi kenapa warung terebut tetap bertahan?
Orang-orang selingkunganku menyebutnya Warung Pak Botak. Alasannya sederhana, yang punya warung tersebut adalah seorang lelaki tua yang kepalanya botak. Penampilan Pak Botak amat sederhana. Terkesan santai sekali hidupnya. Walaupun warungnya terkesan sepi pengunjung, ia tetap bertahan berjualan karena satu hal saja: Puas jika bisa menyediakan barang yang sulit dicari di tempat lain.
Itulah satu-satunya keunikan warung Pak Botak. Apa pun yang kita cari, akhirnya selalu tersedia di warungnya. Pernah satu hari temanku mencari satu komponen kecil dari logam, yang tanpa komponen tersebut, skuter anaknya tak bisa dimainkan. Temanku ini sudah mencarinya di beberapa toko dan pasar di Bogor. Tak satu pun toko yang menyediakan barang yang ia cari. Ketika istrinya mengingatkan untuk mencoba cari ke Warung Pak Botak, ia pun berkomentar, “Warung kecil dan sepi kayak gitu, mana ada. Lha di Pasar Bogor aja nggak tersedia.” Karena tidak sedikit temannya yang merekomendasikan untuk mencari di Warung Pak Botak, akhirnya temanku itu pun mencoba. Hasilnya, barang yang ia cari, yang tak ia dapatkan dalam beberapa hari di toko dan pasar se-Bogor, ia dapatkan di Warung Pak Botak. Unik!
“Walaupun kecil, yang penting lengkap. Saya puas sekali jika bisa membantu pelanggan yang kesulitan mencari sesuatu.” Jawab Pak Botak saat ditanya soal ketersediaan berbagai barang di warungnya.
Memang kalau dilihat sekilas, warung ini benar-benar berantakan. Di sudut etalase, ada sebuah televisi yang sedang ia reparasi. Di sebelah televisi, ada gulungan kabel listrik. Di tengah etalase berjajar beberapa toples kue kering. Di atasnya menggantung raket badminton yang bersandingan dengan selang kompor gas. Sejajar dengan selang kompor gas, berjejer beragam ban sepeda, tabung gas 3kg, tabung bluegaz, pelek, pacul, dan beragam benda yang tak kupaham namanya. Bahkan sebuah kulkas berdiri tegak di tengah warungnya. Bukan untuk dipakai, karena di pintu kulkas tersebut ada kertas bertuliskan “DIJUAL”.
Memang tak setiap hari orang datang, tapi semua yang datang dipastikan mendapatkan apa yang mereka cari. Mereka yang puas dengan ketersediaan warung sepi tersebut, akhirnya menjadi pelanggan setia dan rela menyebarkan kabar ke banyak orang tentang lengkapnya warung kecil milik Pak Botak.
Konsistensi Pak Botak dalam menyediakan “apapun” buat pelanggannya, patut kuacungi dua jempol.
Leave a Reply