Vlogue Tenggarong

Perjalanan ke Tenggarong adalah pengalaman pertamakali menapaki ibukota Kabupaten Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur. Banyak yang tak kutahu tentang kota yang konon berasal dari kata Tangga Arung atau Rumah Raja ini. Ketidaktahuan itu membuatku merencanakan membuat Vlogue (video blog) tentang apa yang kutemukan di sana.

Vlogue adalah gabungan dari Video Blog Gue. Temanku Kang Bugi pernah memberitahu kalau arti Vlogue itu rada kurang sip kesannya, jika kata tersebut disandarkan ke bahasa asing yang artinya rada parno. Tetapi karena sudah terlanjur pakai kata itu, dan beberapa pencarian di search engine mengarahkan ke video blogging, ya tetap kupakailah nama Vlogue itu.

Perjalanan ke Tenggarong kujadikan Vlogue berseri. Sampai tulisan ini kubuat, baru 8 Vlogue yang kuunggah di Youtube. Masih ada sekitar 3-4 Vlogue lagi. 

Yang paling melelahkan dari pembuatan Vlogue Jalan ke Tenggarong adalah ketika aku, Acepentura, dan Dobelden berjalan mendaki Bukit Biru. Sementara Vlogue yang paling gembira prosesnya adalah aksi Acepentura dangdutan pakai Smule. Kami menyebutnya Semulengan, atau Smelu. Kenapa? Nggak penting. Tapi aksi kang Acepentura ini menjadi edisi eksklusif Vlogue. Tonton aja deh kejutan di menit² akhir. 

Adakah Vlogue yang menyedihkan kala membuatnya? Ada. Vlogue ketujuh paling membuatku sedih. Ini nggak ada hubungannya dengan angka 7 seperti yang dibanggakan oleh para pendukung Jokowi karena terpilih sebagai Presiden RI ketujuh. Meskipun agak sedih juga kalau melihat perkembangan pemerintahannya yang bagaikan anak kecil main Lego, gonta-ganti melulu. Lebih menyedihkan lagi adalah para bergajul yang menjadi relawan Jokowi. Aku sejak masa kampanye memang udah empet banget melihat mereka yang pamer tampang sebagai relawan. Ya, akhirnya ketahuan juga, bergajul ya tetap bergajul. Bangsat ya tetap bangsat. Menyedihkan, banyak rakyat yang akhirnya sadar di jalan. Nggak bisa apa-apa.

Vlogue ketujuh adalah tentang Musang yang kelaparan. Musang tersebut kutemukan di sebuah kandang di markas Satpol PP Pulau Kumala. Mungkin saja aku dan Denden cuma kebetulan melihat Musang yang kami kira mati. Saat kami berikan risoles, lahap sekali ia mengunyahnya. Senang? Nggak. Tetap menyedihkan karena aku lebih suka jika ia dilepasbebaskan.

Ada lagi Vlogue yang kuanggap penting, yaitu obrolan kami dengan pengelola Desa Wisata Sumbersari di mana Bukit Biru berada. Pak Widjianto mengisahkan bagaimana warga Desa Sumbersari mempertahankan agar desa mereka tak dikuasai perusahaan Tambang. Vlogue itu akan kuunggah juga nanti. Kapan? Sabar dong!

“Tunggu, Te. Lu ngapain ke Tenggarong? Piknik doangan?” Tanya Bang Namun.

Perjalanan ke Tenggarong adalah DLK (Dinas Luar Kota) kalau kata pegawai pemerintah. “Tapi kan lu tau, Bang. Aye bukan pegawe pemerentah. Ini cuman jalan-jalan berbagi cerita tentang manfaat internet bagi anak-anak dan orang tua.” Kegiatannya bernama InternetBAIK yang digarap bersama Yayasan Kita dan Buah Hati, Kakatu, dan tempatku bekerja, ICT Watch yang sejak 2002 memulai gerakan Internet Sehat.

“Oh, jadi perjalanan kantor, gue kira lu udah kayak orang sukses yang bisa piknik kemane-mane pake modal sendiri. Kayak ape tuh namanye, Bang?” Mpok Geboy nyeletuk sambil ngulek gado-gado.

“Kayak ape, maksud lu?” tanya Bang Namun sambil buka Youtube, nonton Vlogue.

“Itu Bang, yang suka ngomongin pasip ingkom.” Jawab Mpok Geboy.

“Oh, entu mah kagak bakal. Lha lu kayak kagak tau die aje!” 

Lupakan celetukan laki-bini itu. Lebih baik buka Vlogue aja biar tahu bagaimana Tenggarong dalam rekam lensa kamera hapeku.

Author: MT

2 thoughts on “Vlogue Tenggarong