Tak Pernah Menyerah

Dibandingkan dengan Bang Namun dan Mpok Geboy, Tugino dan Tuginem, Mang Papay dan Mang Odon, tokoh Gali memang kurang populer di blogku. Aku biasa menyebutnya si Gali. Ia adalah sosok pemuda Indonesia yang ingin berpenghasilan baik. Pekerjaan apapun ia lakukan, yang penting mendapatkan uang halal. Ia pernah menjadi supir, pegiat MLM, bahkan jadi calo leasing motor. Namun semuanya berakhir dengan ketidakberuntungan.

Bukan Gali namanya, jika putus asa. Ya, meskipun sering mengalami kegagalan cinta sampai kegagalan usaha, tetap saja ia tak kehabisan kemauan untuk mencari uang. Ya, uang adalah kebutuhan sehari-hari yang selalu menarik dan dikejar semua orang. Lihat saja bagaimana para pejabat pemerintah, aparat hukum, oknum birokrasi, anggota parlemen, dan petinggi militer yang tak pernah berhenti memperkaya diri dengan uang.

Seperti malam ini. Si Gali menjalankan idenya berdua dengan Bleguk, seorang teman yang punya mobil Kijang. Mereka berdua sepakat untuk “narik” (baca: menjadi sopir omprengan liar shift malam). Setelah memberikan “uang jago” buat preman pangkalan omprengan, Kijang mereka pun dipenuhi penumpang. Lumayan ada 8 orang serombongan. Semuanya satu tujuan, ke sebuah vila di puncak.

“8×20.000=160.000! Lumayan ya Gali!” Bleguk menghitung penghasilan pertamanya setelah para penumpang sampai di tujuan.

“Bayangin kalo tiap hari, Guk!” Gali menyemangati Bleguk yang masih menghitung uang di tangannya. Sudah 3 kali ia hitung, tetap saja belum puas menikmatinya.

“Blep!!!” Tiba-tiba Kijang berhenti mendadak.

“Wah bensinnya habis, Guk!”

“Yach, kena dorong deh… “ Bleguk mengeluh.

“Gak papa. Di depan sana ada tukang bensin eceran. tenang aja… kamu pasti kuat dorong sebentar!” Gali menenangkan temannya.

“Isi cepek aja, Guk! Buat persiapan narik lagi. Biar nggak habis di tengah jalan.” Pinta Gali.

“160.000-100.000=60.000” Bleguk kembali menghitung uang hasil jerih payah mereka, setelah membayar bensin 100 ribu,

“60 ribu Lumayan, Guk. Yang penting mobil kita fit lagi.” Hibur Gali.

Belum sampai kembali ke pangkalan, sekawanan polisi menyetop Gali. Terjadilah realitas standar antara polisi dan sopir omprengan, #lalala #yeyeye

“60.000-50.000=10.000” Bleguk tetap menghitung

“Lumayanlah, daripada nggak ada sisa sama sekali.” Gali tetap menghibur.

“10 ribu buat apaan? beli rokok juga nggak sampe sebungkus!” Bleguk kesal

“Lumayanlah, daripada nggak punya rokok…” Gali menelan ludah.

“Kita pulang aja deh, lagian lebih banyak omprengannya daripada penumpangnya. Bisa lama nunggu antrian kita. Mending kita pulang aja, deh!” Bleguk putus asa.

Gali menuruti Bleguk yang sedang kesal karena penghasilan halalnya terkuras dalam sesaat. Tinggal belok kanan, mereka akan sampai ke rumah Bleguk. Tapi….

Brughx!!!! “Olala…”

Sepeda motor gagal menyalip Kijang. Malah menabrak lampu sen kanan. ABG yang mengendarai motor itu terperosok ke selokan di sisi kanan tikungan.

Gali dan Bleguk bergegas keluar, membantu ABG yang doyan kebut-kebutan itu. Gali melirik Bleguk, yang tak lagi menghitung sisa penghasilan mereka malam ini, yang pasti harus dikurangi estimasi biaya berobat ABG naas yg masih berendam di selokan yang baunya sama percis dengan bau mulut politikus busuk.

 

  • 14/06/2013