SBY: Penguasa Tidak Boleh Sangat Arogan

Netizen +62 gampang banget dipicu konten yang sesuai dengan sentimen mereka. Pada konten tersebut mereka bisa ikut melampiaskan perasaannya, baik melalui komentar, like, maupun share. Dalam hitungan menit ratusan like dan komentar bejibun, membuat senang pemosting konten. Netizennya gampang diarahkan, konten kreatornya pandai mendulang engagement. Juergen Klop!

Itu yang aku lihat hari ini. Sebuah trending topic #1 di sebuah platform media sosial dengan 3.6 ribu like, 1.8 ribu komentar, Tagarnya #SBYKritikPemerintahanJokowi. Hebat, tagar tersebut pun nangkring terus meskipun turun jadi #2 lalu #4 saat aku menuliskannya. Isinya video kritikan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) terhadap pemerintahan Joko Widodo (Jokowi). Aku tonton sampai habis potongan video tersebut. Biasa dong, yang pertamakali terngiang di benakku adalah, “Video kapan ini? Konteksnya apa SBY ngomong gitu?” dari situlah aku mulai cari tahu. Apa lagi kalau bukan Googling STJDB.

Pada mesin pencarian yang entah sudah registrasi atau belum ke PSE Kominfo itu, aku ketik kalimat “SBY: Penguasa Tidak Boleh Sangat Arogan” sebagaimana yang dinyatakan SBY pada potongan video viral. Hasilnya, seperti yang kuduga, video tersebut sudah dibahas di berbagai media online pada rata-rata 26 Juni 2022. Ada yang menarik dari konten yang beredar di beberapa media tersebut. Apa? Coba perhatikan beberapa skrinsutanku.

Apa yang kamu temukan dari skrinsutan di atas? Itu skrinsutan dari media online yang berbeda ya. Mulai dari Media abal-abal (tidak semua saya skrinsut soale) sampai media yang -menurut anggapanku- cukup kredibel. Perhatikan kata demi kata, kalimat demi kalimat dari berita tersebut. Yap! Kompak sekali. Isinya sama. Fotonya sama. Sumber videonya sama, bukan dari sumber primer, misalnya akun SBY, atau dari keluarganya dan bukan pula dari perwakilan Partai Demokrat, tapi dari akun TIKTOK.

Bahkan ketololannya pun sama. Semua media itu menulis diunggah menjadi diungga. Lagi-lagi aku menemukan kredibilitas jurnalisme kita yang makin anjlok.

Itu baru soal rilis media. Lalu apakah video tersebut direkam pada Juni 2022? Bahkan pembuat konten yang viral itu pun tak menjawab pertanyaanku. Bisa jadi enggan mencari tahu, wasting time, mending bikin konten viral lagi. Bisa jadi juga memang dia tak peduli itu video dari mana sumbernya dan kapan rilisnya, yang penting cakep buat bikin akunnya viral.

Setelah kutelusuri, berita yang hampir sama pun kutemukan. Berita tersebut rilis pada tahun 2020. Bahkan ada konten serupa pada 2018 tapi sepertinya memang agak beda konteks. Seperti kita tahu pak SBY memang suka mengkritik pemerintahan Jokowi, seperti pada 2017 hingga 2020. Sebagai Mantan Presiden, tentu kritiknya merupakan ekspresi dari kepeduliannya terhadap negara dan bangsa Indonesia. Sama seperti konten-konten kritikanku juga sih, cuma sekadar kepedulian saja namun bedanya, pak SBY aman-aman saja sedangkan saya bisa saja dicomot pakai pasal di UU-ITE ataupun jika RKUHP disahkan. Ngeri juga, sejujurnya. Ngapa gua jadi curhat.

Jadi begitulah curhatku di #BlogMT kali ini. Faktanya masih banyak netizen kita yang belum memanfaatkan pikiran kritisnya terhadap konten yang mereka terima. Bukan cuma Netizen, bahkan jurnalis pun makin banyak yang somplak, asal copas dari brief yang diberikan agency. Redaktur pelaksananya mungkin sibuk banget sehingga nggak memonitor konten apa saja yang tayang pada medianya.

Btw, jadi itu video kapan sih? #eaaaa

  • 19/07/2022