Petuah Sang Preman Asli bukan kaleng²

Aku memanggilnya Om Jimmy, sopir taksi yang menemani perjalananku di Ambon. Ia mengomentari “trending topic” di Jakarta. Terutama soal mobilisasi massa baik melalui acara-acara maupun media sosial, untuk “mengadili” Ahok yang dituding sebagai penista Agama, yang akan unjuk rasa 4 November lusa.

Ini tulisan lama pada 2016. Tujuh tahun yang lalu. Namun pesan om Jimmy masih relevan menurutku dengan kondisi sekarang.

“Dengan agama, orang begitu mudah dibakar emosinya. Padahal yang terjadi sebenarnya belum tentu soal agama. Biasanya hanya soal politik kekuasaan atau rebutan lahan keuangan. Agama menjadi alat yang mudah untuk memuluskan rencana-rencana di belakang kabar berita.” ucap Bang Jimmy sambil melaju di jalan raya.

“Bagi orang yang belum pernah mengalami konflik, mungkin semangat penuh kemarahan itu membuatnya merasa berjuang, merasa kelompoknya paling benar. Kalau sudah begitu, menyiksa dan membunuh menjadi perbuatan yang benar, dikira berjuang. Tetapi bagi saya, yang pernah mengalami konflik di kota kelahiran saya ini (Ambon) sebenarnya kita tak mendapatkan apa-apa dari konflik. Nasib dan derajat kita tak berubah. Mereka yang bermain politik itulah yang mempermainkan kita, membodohi kita. Kita selalu jadi dua hal: budak nafsu atau korban. Saya sih berharap teman-teman di Jakarta sadar diri. Tapi ya, saya cuma omong saja. Mereka tak akan percaya dengan pengalaman pahit kami yang pernah dijebak konflik karena mereka belum mengalaminya sendiri.”

Sepanjang jalan tadi aku cuma mengiyakan dan menyimak saja paparan kata dari orang yang pernah mengalami konflik brutal dan kini amat bersyukur karena Ambon semakin hari semakin aman dan toleran. Hanya soal agama saja yang kutanggapi bahwa, selain ada orang yang memperalat agama untuk nafsu, banyak juga koq orang yang justru menjadi toleran, saling respect terhadap agama dan suku lainnya, karena agama dan tokoh-tokohnya yang memang benar-benar didamaikan hidupnya dengan agamanya.

Kalau soal politik dan segala bisnis yang melingkupinya, aku nggak paham. Aku putus kata soal mereka yang ada di sana. Aku hanya percaya bahwa setiap agama, keyakinan, dan kebudayaan, ada di bumi ini untuk membuat manusia saling mengenal dalam damai. Setiap agama punya cinta, punya keselamatan bukan hanya bagi pemeluknya, melainkan juga bagi siapa saja yang ada di sekitar pemeluk agama tersebut.

Terima kasih Om Jimmy atas obrolan sepanjang perjalanan.


Discover more from #blogMT

Subscribe to get the latest posts sent to your email.

Leave a Reply

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.