#PejuangDiniHari Bikin Tak Tenang Hati

Sudah nonton TVC Bluebird tentang #PejuangDiniHari? Di Channel resmi Bluebird video tersebut berjudul “Dari Kami yang Berangkat Subuh”. Sampai tulisan ini kubuat, sudah ditonton sebanyak 1.363.026 kali. Sebuah angka yang bagus. Tentu teman-teman pernah mengalami pengalaman yang sama, di mana saat kita perlu berangkat saat matahari belum terbit, sopir taksi Bluebird sudah menunggu di depan rumah. Biasanya, mereka menunggu 30 menit sebelum jam pesanan keberangkatan kita. Aku pun katakan begitu karena memang seringkali aku memesan melalui aplikasi MyBB tetapi minggu pagi kemarin (10 Maret 2019) aku dapatkan pengalaman di luar kebiasaan baik itu.

Minggu pagi aku harus berangkat ke Jogjakarta dengan kereta api Fajar Utama YK. Keberangkatan jam 06.15 dari Stasiun Pasar Senen, Jakarta. Seperti biasa jika ada perjalanan antar kota menggunakan kereta maupun pesawat terbang di waktu pagi, aku memesan taksi sejak malam. Aplikasi MyBluebird paling kuandalkan. Sebab sudah jaminan bakal ada sopir yang ramah dan siap menjemputku.

ini bukti pemesanan taksiku. Jam 05.10 akan dijemput.

Jam 04 pagi aku sudah bangun dan siap-siap menanti para #PejuangDiniHari. Aku bahkan sempat memindahkan galeri foto dan video dari hapeku ke laptop, agar bisa merekam kedatangan sopir, untuk sekadar membuat testimoni, bahwa benar sopir taksi Bluebird selalu siap menjemput. Sekira jam 04.30 WIB aplikasi MyBB memberikan notifikasi bahwa pak Sopir siap menuju rumahku. Seperti biasa, pool NM yang dekat rumah, yang selalu menjemput.

Aku tunggu sampai jam 05.00 Koq belum tiba juga. Aku perhatikan peta pada aplikasi MyBB. Ternyata sopir sudah ada di pos perumahan. Tapi tak bergerak. Lalu kuterima telepon pada jam 05.01 dari pak Sopir. Aku memberikan arahan menuju rumahku, nama blok, nomor rumah, patokan dekat RPTRA, dan patokan masjid. Obrolan di telepon itu berdurasi 1 menit 10 detik.

“Tumben nih Sopirnya nggak seperti biasanya, menjemput 30 menit sebelum jam pesanan di aplikasi.” dalam hatiku.

Jam 05.08 WIB Sopir belum juga tiba. Aku langsung telepon namun seperti biasa permasalahan saat menelepon Sopir taksi Bluebird, mesin Fleety sering menutup sendiri saat panggilanku diterima. Mati. Ini sering terjadi (sekalian laporan nih). Kuulangi duakali lagi, sampai jam 05.10. Tetap panggilanku masuk, diterima tetapi langsung disconnected.

Jam 05.11 Sopir meneleponku. Selama 56 detik aku kembali mengarahkan ulang, menanyakan ia sudah sampai mana, sebab peta di aplikasi MyBB tak bergerak. Mobil tetap manteng di pos Satpam perumahan. Seperti biasa, ini pasti error petanya. Aku yakin Sopir sudah tak di situ. (sekalian laporan lagi nih ke Bluebird soal peta pada aplikasinya).

Yang aku membuatku kesal saat perbincangan itu adalah, pak Sopir bilang, “Ini bloknya ngaco, nih!” dengan nada suara yang menurutku amat berbeda, tak seramah sopir taksi Bluebird pada umumnya. Aku bilang, “Pak, kalau bloknya ngaco, berarti yang bikin perumahan ini ngaco, pak! Bapak baru pertamakali masuk ke komplek sini? Sekarang Bapak di mana?” Tanyaku sambil berjalan ke arah RPTRA, mencoba menduga ia ada di balik RPTRA sana.

Ternyata benar, pak Sopir ada berdiri di sebelah pintu taksinya di samping lapangan basket RPTRA. Aku memberikan kode dan bilang padanya, “Ke sini, pak! Rumah saya di sana!” Lalu aku bergegas mengambil barang-barang yang harus kubawa ke Jogja.

Jam 05.14 kami berangkat. Sepanjang perjalanan aku tak bicara dengan pak sopir. Ini jarang terjadi sebab biasanya aku selalu senang berbincang dengan Sopir taksi Bluebird, selalu ada saja kisah-kisah inspiratif dari mereka. Ya, penyebabnya karena cara ngomongnya yang menurutku kasar dan tak mau disalahkan kenapa saat ia kesasar mencari alamat rumahku. Dan sekadar informasi, ini satu-satunya sopir taksi Bluebird, dari entah berapa banyak aku pesan taksi sejak zaman belum ada apliksi, yang nyasar menjemputku. Apalagi, biasanya sopir dari pool NM sudah sering keluar-masuk kompleks rumahku.

Syukurlah jalur lalu-lintas belum ramai sehingga kami sampai di Stasiun Senen pada jam 05.37 WIB. Sebelum turun, aku meminta, “Pak bisa nggak saya turun di luar stasiun saja. Saya ada perlu di luar.” Pak sopir menjawab, “Nggak bisa, harus masuk, sebab saya nggak bisa balik lagi.” Oh, ya sudah, akhirnya aku baru turun di area parkiran Stasiun Pasar Senen, lalu berjalan ke luar stasiun, sebab aku janjian dengan seseorang di sana.

Siapa sopirnya? Tentu ada catatannya pada aplikasi myBB. Rating bintangnya masih 0.0. Biasanya aku dapat sopir yang ratingnya 4.9 atau 5.0. Sebab itu aku memahami, “Oh mungkin dia sopir Bluebird baru. Ya, sudahlah…”

Akupun sempat screenshoot seperti biasa saat memesan taksi maupun gocar atau grabcar. Tapi aku tak perlu menampilkan data sopir taksi Bluebird itu di sini. Menjaga privasinya jugalah. Lagi pula aku masih mikir bagaimana beratnya bekerja sebagai sopir taksi. Aku tak ingin pak Sopir diberi hukuman gara-gara persoalan ini. Menyebalkan memang, tapi cukuplah diberi peringatan saja oleh manajemen Bluebird, jangan sampai dipotong penghasilannya apalagi kena hukuman yang membuatnya susah untuk mencari uang. Aku hanya berharap tak ada lagi kejadian yang lumayan bikin nggak tenang hati saat harus melakukan perjalanan ke luar kota di pagi hari.

Saya sekaligus mohon maaf sama Bapak sopir pagi itu, yang mungkin juga kesal sebab saya sempat ngegas juga saat dia bilang blok di komplekku ngaco. Maaf ya, pak! Semoga bisa menjadi sopir yang keren dan menyenangkan penumpang, seperti sopir taksi Bluebird lainnya yang bekerja dengan giat dan bahkan mampu membangun keluarganya dari uang hasil “kejar setoran”.

Ini salah satu sopir taksi Bluebird yang inspiratif, saat ngobrol dengannya dalam perjalanan pulang.

https://www.instagram.com/tv/Bp-mAD2AAzr/
  • 12/03/2019