Nyinyirin Puan, Keterlaluan!

Puan dilantik sebagai ketua DPR, sontak netizen nyinyir. Inilah tradisi politik keturunan di negara +62.

Puan Maharani Nakshatra Kusyala resmi jadi Ketua Dewan Perwakilan Rakyat. Didampingi empat wakil ketua, Azis Syamsuddin dari Golkar, Sufmi Dasco Ahmad dari Gerindra, Rachmat Gobel dari Nasdem, dan Muhaimin Iskandar dari PKB, princes Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) itu dilantik pada Selasa (1/10/19).

Kabar soal Puan mendadak mengejutkan jagad netizen Indonesia. Kenyinyiran pun terberai di linimassa. Namun kehidupan pada prinsipnya adalah keseimbangan. Selalu ada yang menimpali kenyinyiran dengan congoran. Ada juga netizen yang memuji terpilihnya Puan sebagai Ketua DPR RI periode 2019-2024.

Aa juo lai! Aku sendiri sebenarnya terkejut saat tahu kabar Puan dilantik tapi hanya seketika. Setelah itu aku hanya berkomentar, “ya, sudahlah, ya”. Lagi pula siapa sih yang pantas jadi ketua DPR selain Puan? PDIP kan pemenang Pemilu 2019 jadi wajar kalau mereka dapat jatah ketua. Siapa sih yang paling penting di PDIP selain Ibu itu? Ya, Puan.

Kamu yang nyinyirin Puan nggak punya prestasi selama jadi Menko PMK, cobalah cari informasi ke Kementerian PMK. Jangan asal tuding nggak punya prestasi. Sederhana aja, masa sih orang bekerja bertahun-tahun jadi menteri sama sekali nggak punya pencapaian? Puan itu manusia, bukan buah dari pohon yang busuk. Tentu dia punya rencana dan target selama bekerja.

Lagi pula kalau dia tak punya prestasi, mana mungkin Jokowi-JK mengangkatnya sebagai menteri. Memilih menteri itu kan nggak sembarangan. Kamu sendiri kalau jadi CEO misalnya, nggak bakal asal pilih tim yang membantumu dong. Nggak bakal kamu asal memilih staf lantaran dia anaknya temanmu. Nggak enak kalo nanti temanmu ngambek jika anaknya nggak kamu pilih. Itu dalam ukuran perusahaan, apalagi dalam konteks pemerintahan. Tentu Jokowi-JK tidak memilih Puan karena takut Ibunya ngambek. Mereka itu pasangan profesional. Jadi nggak bakal sembarangan memilih menterinya.

Iya, tapi mana prestasinya?

~ Netizen Nyinyir

Hey, kamu tahu siapa yang mengawal kesuksesan pembagian Kartu Sakti yang menjadi agenda utama pemerintahan Jokowi-JK? Puan Maharani orangnya. Dia sukses menyebar berbagai kartu sakti Jokowi-JK, seperti Kartu Indonesia Pintar (KIP), Kartu Indonesia Sehat (KIS), Program Keluarga Harapan (PKH), dan lain-lain.

Kamu tahu program revolusi mental Jokowi? Puanlah yang memimpin Gerakan Nasional Revolusi Mental (GNRM). Dia dipilih melalui Inpres. Itu prestasi kan! Apa lagi? Puan juga pernah mendapatkan rekor MURI sebagai sosok perempuan pertama yang berhasil menjadi Menko dan termuda. Itu contoh prestasi Puan. Jadi prestasinya bukan cuma jadi anaknya Megawati, seperti kata netizen.

Ada juga yang nyinyir kalau DPR bakal santai selama kepemimpinan Puan. Kamu ini gimana sih netizen. Ini coba kamu baca pernyataan Puan usai dilantik kemarin.

“Harapan saya DPR kedepan itu tidak perlu memuat satu produk UU terlalu banyak namun kita pilih yang jadi prioritas dan itu akan jadi fokus bagi DPR kedepan yang berguna untuk bangsa dan negara,”

~ Puan Maharani di Kompleks MPR/DPR, Jakarta, Selasa (1/10).

Pernyataan itu membuktikan bahwa Puan akan fokus prioritaskan UU yang berguna untuk bangsa dan negara. Inilah yang tak kita sadari bahwa ia paham banget kalau anggota DPR itu nggak pernah fokus sama pekerjaan, anggota DPR itu kurang berguna untuk bangsa dan negara. Jadi dia ingin mengubah itu. Revolusi mental di DPR, mungkin.

Kata teman saya yang peduli soal kesehatan jiwa, kerja sebagai anggota DPR memang harus santai. Jangan sampai stres mikirin pasal-pasal yang njelimet. Jangan baper melihat kasus-kasus pertanahan yang mengorbankan rakyat jelata. Harus Santai! Makanya wajar kalau anggota DPR hidupnya santai surantai wasaintai. Sidang cukup nitip daftar hadir. Kalaupun hadir, menikmati sejuknya pendingin ruangan sampai bobok shantuuyyy. Studi bundling ke luar negeri bawa keluarga. Yang namanya membahagiakan keluarga kan ibadah. Jadi, karena tugas dan tanggungjawabnya teramat berat, maka harus dibawa santai.

Ada juga yang nyinyir, Puan itu disiapkan sebagai pengganti ibunya untuk menjadi petinggi politik di PDIP maupun di Indonesia.

So what gitu loh. Apa yang salah dengan kenyataan tersebut. Bukankah politikus keturunan itu sudah menjadi budaya puluhan tahun di Indonesia. Coba kamu perhatikan di kotamu deh. Bapaknya jadi bupati, istri dan anaknya turut berkarier politik di DPRD, belum lagi keponakannya, anak teman baiknya, anuannya, hingga relasi investor politiknya.

Lihat anak pejabat (politikus) lainnya. Lihat anak presiden lainnya. Bahkan kabarnya anak Jokowi pun terbawa tradisi politikus keturunan. Ada yang salah dengan tradisi politik keturunan itu?

Politik sepengetahuanku adalah pilihan untuk memperjuangkan gagasan menjadi haluan bersama. Berpolitik adalah aktivisme yang kesannya nirlaba. Politik bukan untuk cari duit tapi cari pengaruh agar gagasan kita menjadi gerakan kebangsaan. Menjadi politikus adalah menjadi orang yang tak pernah tidur untuk menghidupkan gagasan.

Mungkin pemahamanku terbatas pada perpolitikan zaman pra kemerdekaan. Pada akhirnya ternyata berpolitik jadi sumber utama penghasilan. Politik untuk gajian. Yang diributkan bukan lagi gagasan melainkan penghasilan dan proyek untuk menambah pendapatan. Bagaimana tidak ngiler jadi politikus setelah tahu gajinya tinggi dan uang pensiunnya milyaran. Karena itulah demi kehidupan yang lebih baik, banyak orang berebut mengincar kursi parlemen. Buat yang sudah di parlemen duluan, tentu ingin keluarganya pun hidup sesuai standar borjuis, jadi wajar kalau mengarahkan anaknya menjadi sepertinya. Itulah politikus keturunan. Salah?

Jadi soal Puan disiapkan emaknya salah? Ya, tidak. Dalam era politikus keturunan dan politik menjadi karier dan penghasilan, hal itu menjadi wajar. Bagaimana bisa disalahkan jika kebanyakan politikus melakukan hal yang sama. Yang mengatur negara ini kan mereka. Jadi wajar pula jika kita kerap menemukan politikus yang pendiam, jeri membela rakyat yang ditindas kroninya, titip absen, tidur, dan segala perbuatan irasional.

Gagasan mati ketika kemewahan begitu mudah didapat, hanya dengan mengumbar janji.

~ Resi Palastra

Bagaimana tidak tergiur anak bangsa ini meniti karier politik yang penghasilannya konon lebih besar ketimbang jadi petani, buruh pabrik, guru, bahkan wiraswasta. Belum lagi tunjangan ini-itu. Dan kabar terakhir ada uang pensiun milyaran rupiah. Wajar jika banyak yang berusaha terpilih menjadi anggota Dewan yang terhormat. Segala cara dilakukan yang penting masuk. Terjaminlah kemewahan hidup.

Jika niatnya saja sudah demi memperbaiki nasib sendiri, bagaimana mungkin punya kepedulian memperbaiki nasib rakyat yang diwakilinya. Belum lagi jika terjebak dalam jejaring korupsi. Aman damai sejahtera. Kapan sih negara ini benar-benar bisa membuat kapok koruptor?

Ada juga sedikit orang baik yang lolos menjadi anggota dewan. Niatnya ingin memperbaiki dari dalam. Faktanya kita lihat saja, apakah bisa atau malah ketularan penyakit korupsi. Paling banter sih, diam. Cari aman.

Terakhir. Kita nikmati saja perpolitikan yang semakin abal-abal ini. Aku sih berharap rakyat, terutama netizen sebagai senyata-nyatanya wakil rakyat, bisa belajar dari drama politik negeri ini. Jangan lagi mau diadudomba demi hasrat kekuasaan. Belajarlah dari perseteruan sesamamu yang sebagian jadi abu, dan lainnya jadi arang. Invoice-mu tak seberapa dibanding hasil yang didapat politikus yang kamu bela. Invoice-mu lebih tak berarti lagi dibanding rakyat yang hidupnya porak-poranda karena permainan politikus, pengusaha, dan investor.

Selamat bekerja Puan Maharani. Semoga negeri ini baik-baik saja!

Mbak Puan mau boneka ini?
Author: MT

5 thoughts on “Nyinyirin Puan, Keterlaluan!

Leave a Reply to MTCancel reply