Kehidupan di Ciliwung

 

Selama 4 tahun berjalan, Kali Ciliwung menjadi bagian dari perhatianku. Beberapa twit-ku bertagar #ciliwung, karena rumahku berada di tepi sungai (aku terbiasa menyebutnya Kali) yang hulunya terdapat di tiga lokasi, yaitu Gunung Gede, Gunung Pangrango, dan Puncak. Dari hulu, Kali Ciliwung mengalir melalui Bogor Timur, Bogor Utara, Depok, hingga menjadi Kali yang paling diperhatikan di Jakarta, di mana Ciliwung bermuara di ujung Utara Ibu Kota Negara ini.

Bukan hanya saat airnya meluap atau sampah yang hanyut dan melintas di depan rumahku, yang kukabarkan lewat Twitter. Ada hal lain yang juga menarik untuk dicermati, yaitu geliat kehidupan warga yang tinggal dekat Ciliwung. Beberapa warga yang kujumpai di Ciliwung mendapatkan rezeki dari Kali yang kadang dianggap sebagai ancaman bagi warga Jakarta saat kebanjiran.

Seperti apa geliat kehidupan yang kutemukan di sekitar Kali Ciliwung yang dulu sering dimanfaatkan bebatuannya oleh warga untuk membangun rumah atau dijual?

Usai meluap biasanya beberapa orang warga mengeruk pasir hulu yang terbawa arus Ciliwung. Pasir tersebut biasanya dijual atau sekadar untuk memperbaiki bangunan rumahnya.

Ada juga yang mencari peruntungan di Ciliwung dengan memancing ikan. Ini biasa dilakukan oleh ketua RT di lingkunganku. Biasanya ikan hasil pancingan pada sore hari digoreng untuk dimakan bersama beberapa warga yang sering mangkal di Pos Ronda.

Bahkan ada juga yang menyelam mencari apa saja yang menguntungkan. Kadang dapat uang, batu, atau apalah yang membuatnya merasa beruntung menyelam di Ciliwung.

Lain lagi. Lelaki ini sering memandikan dan menyisirkan bulu anjing peliharaannya. Bukan cuma dia. Menjelang Hari Raya Qurban, para pedagang kambing memandikan kambingnya di Kali Ciliwung depan rumahku untuk mengesankan kesegaran dan mengurangi bau pada kambingnya.

Begitulah Ciliwung. Sejak dulu hingga kini tetap memberi manfaat bagi warga di sekitarnya. Dulu Ciliwung merupakan jalur transportasi utama, lalu menjadi sumber pencarian batu kali hingga mendangkal. Kini pun tetap banyak orang yang menaruh harapan untuk sekadar menyambung hidup. Juga menjadi tempat bermain bagi anak-anak kala kemolekan arusnya mengundang hasrat berenang.

 

  • 09/05/2013