Jalani dan Maknai

Kepemimpinan adalah bagian yang tak terpisahkan dalam kehidupan. Hampir dalam segala urusan, memerlukan peran pemimpin. Mulai dari sekelompok bocah pencuri mangga sampai dengan sekelompok orang yang mengurus negara, pasti ada sosok pemimpin di dalamnya.

Apakah keberadaan pemimpin harus diresmikan? Dalam konteks berorganisasi keberadaan pemimpin perlu diresmikan dengan tata cara yang disepakati bersama. Dalam sebuah komunitas, sosok pemimpin tak selalu harus dipilih dan diresmikan secara formal. Ada juga sekumpulan orang yang memilih pemimpinnya secara natural, misalnya saja sekelompok bocah pencuri mangga. Mereka secara alamiah akan menjadikan satu orang yang paling diandalkan sebagai pemimpinnya. Meskipun mereka tak pernah mendeklarasikan bahwa si Anu adalah pemimpin kami. Meminjam istilah yang dipopulerkan oleh kang WKF (wongkamfung), kepemimpinan natural disebut pemimpin tanpa singgasana.

Kepemimpinan natural tak harus dibangun berdasarkan teori-teori yang menjadi pemahaman lazim dalam dunia manajemen. Meskipun ada manfaatnya, tetapi kita tak harus memahami prinsip-prinsip kepemimpinan. Meskipun akan sangat berguna, tetapi kita tak selalu harus membuka buku-buku tebal tentang Planning, Organizing, Actuating, Controlling (POAC). Kepemimpinan natural biasanya berjalan apa adanya. Tak perlu diatur-atur harus begini-begitu.

Pemimpin yang dibentuk secara natural dapat dicocokkan pada dua prinsip: Jalani dan Maknai. Jalani hidup bersama, jalani peran yang dipercayakan banyak orang. Maknai kenyataan dengan kesadaran hubungan sebab-akibat, dan maknai isyarat penanda zaman. Berdasarkan  dua prinsip itulah kepemimpinannya bergerak.

Orang-orang yang ditakdirkan menjadi pemimpin natural biasanya memiliki prinsip yang rada sama: atur diri sendiri sebelum mengatur orang lain. Pemimpin yang seperti ini biasanya akan menjalankan kehidupannya sebagai pemimpin secara merdeka. Ia akan mendisiplinkan dirinya sendiri sebelum mendisiplinkan dan atau didisiplinkan orang lain.

Author: MT

23 thoughts on “Jalani dan Maknai

  1. Setuju,biasanya pemimpin tanpa singgasana akan terus dan terus menularkan energi positif serta mendedikasikan dirinya untuk banyak orang selama si pemimpin itu masih kuat akan terus mengabdi tanpa embel2 ingin dipuji atau diangkat angkat atau di akui. Bahkan tanpa dukunganpun terus maju. Dan tipe pemimpin seperti ini tanpa pamrih , tanpa ingin balasan dan senang sekali berbuat sesuatu tanpa diketahui orang lain. Pemimpin seperti ini biasanya akan merasa puas jika melihat keberhasilan suatu organisasi yang dirinya pernah terlibat didalamnya.

    Wah ini rumah baru ya kang, sejuknyaaa 😀

    1. makasih Ani kunjungannya. Ya, kita rindu pemimpin yg natural dan kharismatik.

      rumah baru ini, smg tak menumbuhkan kebencian 🙂

  2. Disebut pemimpin sejati ketika engkau lupa dengan dirimu sendiri.

    Aih, lama nggak ngeblog jd nggak tahu sahabatku ini punya blog dg domain baru. Selamat kang!

  3. Orang-orang yang ditakdirkan menjadi pemimpin natural biasanya memiliki prinsip yang rada sama: atur diri sendiri sebelum mengatur orang lain.

    Sangat suka dengan kata2 ini 😀

  4. pemimpin yang tanpa singgasana itulah pemimpin tak terdeklarasi ……jadi kapan di pimpin ngopi bareng lagi hahahahhaha

    1. yuk! sukses ya acara di Plat-M. aku baru kelar dari #FGD2012, bareng presiden Suryaden 🙂

  5. Dua negarawan kalau sedang ngomong kelihatan serius banget, yach? Kayaknya yang satu sedang memberi petuah, satunya lagi menyimak dan memahami yang sedang disampaikan. Top! Semoga sukses. 😉

  6. beberapa waktu lalu ada yg komentar, apakah gambar tsb isyarat dalam suksesi blogor? hehehe

  7. Biasanya pemimpin tanpa singgasana itu emang udah dari lahir punya mental dan sikap pemimpin ya kang..

  8. mendisiplinkan dirinya sendiri sebelum mendisiplinkan dan atau didisiplinkan orang lain…karakter pemimpin ini yang Indonesia belum temukan, atau mungkin belum berani untuk menemukannya..salam ramadhan 🙂

Leave a Reply to MTCancel reply