Gelisah di Masa Tenang

Ini sekadar kegelisahanku pada masa tenang PEMILU. 6 s.d. 8 April 2014 adalah masa tenang PEMILU 2014. Sejak berakhirnya debat capres-cawapres pada Sabtu, 5 Juli 2014 hingga kini, para pendukung masih saja saling riuh di media sosial. Sebenarnya kampanye pada masa tenang dilarang nggak sih? Yang kucuplik dari cuitan seorang Lawyer, Ahmad Zakaria (@za_ka) ia menyatakan, dalam masa tenang dilarang kampanye dalam bentuk apapun dan tidak ada pengecualian untuk media sosial. Aku tak paham soal hukum, karena itulah aku mencari pernyataan seorang yang paham hukum.

masa tenang twit ahmad zakaria

Kenapa aku membahas soal ini. Sebab sejujurnya, yang kurasakan pada masa tenang pilpres ini malah semakin ramai. Bahkan saling cerca dan menebar fitnah semakin menyesakkan linikala Twitter maupun Dinding Facebook-ku. Boleh jadi banyak teman-teman yang tak pernah membaca bahwa sebenarnya dalam Peraturan KPU No. 16 Tahun 2014, tidak boleh ada kampanye dalam bentuk apa pun saat memasuki masa tenang. Memang dalam peraturan tersebut yang disebut dilarang berkampanye adalah calonnya, tetapi sepertinya tidak etis jika para pendukung tetap berkampanye meskipun sang calon tetap diam.

Memang apa sih yang teman-teman cari dari saling menjelek-jelekkan lawan politik? Apakah Anda merasakan keuntungan, atau sekadar meluapkan kemarahan? Atau apakah memang sudah menjadi tabiat menjelek-jelekkan calon presiden kita sendiri? Atau apakah karena tuntutan kontrak buzzer politik yang sudah anda terima uang mukanya?

Tidakkah teman-teman malu kalau kemarahan yang kalian sebarkan di media sosial itu membuat orang lain ilfil? Aku sendiri sebel banget sama beberapa temanku yang memenuhi teras media sosialnya dengan beragam fitnah dan kecaman. Aku sampai bertanya sendiri, adakah yang sakit pada jiwanya? Mereka menyebarkan foto-foto yang sudah diolah sehingga tak sesuai dengan aslinya. “Sotoshop” kalau menurut sindiran netizen. Aku tak habis pikir mereka punya energi untuk melakukan berbagai fitnah. Saking kesalnya, sampai aku menyindir dalam satu cuitanku, yang menunjukkan mereka bukan seperti manusia berotak yang pernah aku kenal dulu.

tetalan

Kita ini cuma memilih presiden. Tak ada hubungannya dengan perbedaan agama dan etnis. Perbedaan agama dan etnis bukan alasan timbulnya perpecahan. Adalah persaingan kekuasaan, yang memanfaatkan segala perbedaan, termasuk agama dan etnis, yang justru menjebak kita dalam kubu yang seolah sedang berperang mempertahankan keyakinan dan harga diri,tetapi lupa dengan akal sehat dan budi pekerti.

Tetapi kuakui, Pemilihan Presiden kali ini merupakan PEMILU yang paling banyak melibatkan orang. Bahkan ada juga yang gagal golput hanya karena peduli terhadap kepemimpinan Indonesia. Tetapi segeralah membaca peraturan di atas. Ini masa tenang. Tenang dan menenangkanlah.

Temanku. Siapa pun yg bakal jadi presiden –Prabowo atau Jokowi–, keterlibatan kita dalam mengawasi pemerintahan harus lebih hebat daripada saat kampanye. Bukan keterlibatan sebagai pemuja, tetapi sebagai rakyat di mana mereka selalu mengatasnamakan kita setiap bicara. Jangan pelit memuji keamanahan para pejabat publik. Juga jangan takut menampar mereka yang khilaf dan keasyikan memperkaya diri dengan cara salah seperti yg lazim dilakukan oleh pejabat pada pemerintahan-pemerintahan sebelumnya.

Kedaulatan rakyat sejatinya bukan di tangan presiden. Kita sendirilah yang menentukan kedaulatan dan martabat sebagai bangsa yang hebat. Presiden hanya merepresentasikan kita. kitalah yang sesungguhnya harus peduli dengan nasib kita sendiri, dengan setia mengawasi kerja Presiden, Gubernur, Walikota, Bupati, Menteri, TNI dan POLRI, Perangkat Hukum, dan satu lagi yang kerap mengkhianati kita: Anggota Dewan yang korup dan gila kuasa.

Selamat memilih 9 Juli 2014 nanti. Jangan hentikan keterlibatan kita hanya sampai mencelupkan jari pada tinta di TPS. Teruslah hingga PEMILU berikutnya. Terus tak berhenti. Negeri ini milik kita bersama. Indonesia adalah rumah kita sendiri.

Jangan berhenti terlibat! Kita sudah meneteskan air mata dan keringat.

 

  • 07/07/2014