Facebook Berbahaya bagi Anak

Tulisan ini masih ada kaitannya dengan tulisan kemarin, yang menyisipkan upaya mengantisipasi ancaman jahat yang dapat dialami anak-anak yang menggunakan Facebook atau media sosial lainnya.

Anak SD punya Facebook sepertinya sudah dianggap lazim. Tren berinternet lewat smartphone membuat anak-anak di bawah usia 13 tahun ini ikut-ikutan fesbukan. Bahkan beberapa di antara mereka yang fesbukan, mengaku tak tahu kalau syarat membuat akun Facebook adalah usia 13 tahun ke atas. Ada yang bilang, dibuatkan temannya, bahkan ada juga yang dibuatkan oleh orang tuanya sendiri. Jika memang benar, boleh jadi orang tua anak tersebut juga belum mengetahui syarat usia membuat akun Facebook.

Aku menduga kasus yang menimpa anak sebagai korban melalui Facebook, lebih banyak daripada yang dicatat Komnas Perlindungan Anak. 37 laporan kasus yang dicatat Komnas Perlindungan Anak pun hanya sebatas kasus kekerasan seksual. Ada saja kasus-kasus yang tak dilaporkan dengan berbagai pertimbangan. Misalnya sebuah sekolah yang tak mau mengangkat kasus penculikan siswanya lewat Facebook. Mempertahankan nama baik lembaga pendidikan menjadi lebih penting daripada mengungkap atau melaporkan kasus. Tak disadari bahwa pembiaran kasus tersebut akan membuat pelaku merasa di atas angin dan tak berhenti mencari mangsa lain, terutama memangsa anak dan remaja.

Di kalangan orang tua juga demikian. Tak semuanya mau melaporkan kasus yang menimpa anaknya. Alasan nama baik keluarga, rasa malu, dan sebagainya, tak diimbangi dengan meningkatkan kesadaran untuk menjaga privasi dan keamanan anak. Bahkan anak yang menjadi korban, masih tetap saja asyik fesbukan.

Kita tak sadar bahwa pembiaran kasus pemangsaan anak dan remaja lewat Facebook sama saja dengan membiarkan anak dalam situasi tak aman dan membuat para pemangsa anak/remaja merasa bebas dan aman. Mereka akan semakin getol memangsa lewat Facebook. Padahal menurut nbcnews.com, jaringan pedofil makin banyak. Agen kepolisian di Eropa berhasil menangkap dan membobol jaringan online para pedofil yang beranggotakan lebih dari 70.000 orang. Itu di Eropa. Berapakah para pedofil di Indonesia? Mungkin hanya kepolisian yang mengetahuinya.

Teman-temannya di pesbuk semua. Kalo dilarang atau disita hapenya, nanti anak saya dibilang gaptek, gak gaul, dan orang tua terlalu mengekang kebebasan.” Keluhan itu yang pernah kudengar saat berbincang dengan orang tua yang anaknya main Facebook padahal masih SD, usianya belum 13 tahun.

Sebagai bukan psikolog, kupikir permasalahannya bukan sekadar usia yang dipersyaratkan. Apakah dengan usia di atas 13 tahun menjamin keamanan anak berjejaring di Facebook? Tidak sedikit juga korban kekerasan seksual dan penculikan menimpa mereka yang usianya di atas 13 tahun. Ini yang patut kita insyafi. Kesadaran menjaga privasi, berani menyikapi orang yang mencurigakan, dan berani melaporkan atau minimal konsultasi atas perlakuan tak baik yang dilakukan oleh kenalan di Facebook, teramat penting untuk disepelekan.

Memang kita bisa melaporkan sebagai SPAM atas status yang tak disukai atau mengatur privacy setting di Facebook. Tetapi bukan cuma itu yang perlu diketahui. Bukan cuma itu yang dibutuhkan anak-anak dan orang tua. Tanggung jawab moral terhadap keamanan anak perlu dipikirkan oleh para pebisnis internet, dalam hal ini sebut saja provider internet, kepolisian terutama yang mengurus cybercrime, Kemkominfo, Kementerian lain yang mengurus pendidikan, kesehatan, dan kesejahteraan anak, lembaga lain yang terkait dengan internet dan anak, juga termasuk Facebook dan media sosial lainnya. Seperti apa tanggung jawab moralnya? Itu yang perlu dirundingkan lebih lanjut.

user age fb

Kembali ke masalah batasan usia 13 tahun untuk membuat akun Facebook. Jelas sekali dalam Term of Service yang disediakan Facebook untuk dibaca. Tetapi aku berani bertaruh, banyak orang tua -apalagi anak- yang membaca ketentuan tersebut. Kalau pun ada yang tahu, seperti contoh yang diungkapkan orang tua di atas, menipu Facebook dengan mengisi kolom tanggal lahir yang tidak sesuai dengan kelahiran yang sebenarnya.

image

Dalam mengantisipasi ketergantungan anak dan orang tua terhadap media sosial, aku teringat pernyataan Yamien dari Nawala, “Yang semakin langka dalam masyarakat kita adalah ruang keluarga, di mana orang tua berbincang bersama anak-anaknya. Kini masing-masing sibuk dengan gadget ketika sama-sama berada dalam satu atap. Sesungguhnya itu berbahaya jika dibiarkan melangka!”

Kini coba kita kembali saling mengingatkan bahwa Facebook bukan buat anak-anak di bawah usia 13 tahun. Namun pemanfaatkan Facebook pun juga mengancam keselamatan anak-anak kita di atas 13 tahun. Ini memang bukan salah Facebook. Semua kembali kepada tanggung jawab kita sebagai orang tua dan sebagai bangsa yang menolak tindak kekerasan terhadap anak.

  • 29/12/2013