Blogger. Kembalilah!

Ada yang bilang tren blogging di tahun 2012 mengalami penurunan. Banyak blogger yang keasyikan bertuturkata di microblogging, seperti Twitter. Bukan cuma blog, bahkan pengguna Facebook pun banyak yang beralih ke Twitter. Sepertinya Twitter memang menjadi raja social media tahun ini.

Menurut Nukman Luthfie -Pakar Social Media-, blogger mengalami pergeseran peran dari kreator menjadi conversationalist. Keasyikan bercengkrama di Twitter perlahan membuat beberapa blogger mulai enggan merawat blognya. Padahal menurut pakar yang tetap menjaga konsistensi ngeblog ini, bila sifat kreator dikembangkan, para blogger ini bisa menjadi conversationalist atau ahli tutur kata yang lebih berisi. 

Kreator adalah mereka yang punya laman atau blog sendiri yang terus di-update secara reguler, sehingga media mereka hidup. Conversationalist adalah orang yang suka mengobrol, punya akun di microblog, dan sangat aktif. [Nukman Luthfie]

Apakah kecenderungan menjadi conversationalist ini bisa disimpulkan sebagai kemunduran ranah blog? Aku amat berhati-hati dalam menyimpulkan hal ini. Jika konteksnya pada semangat “update” boleh jadi terjadi penurunan kuantitas. Coba saja kita cek arsip update beberapa blogger yang sebelum ngetwit, bisa disebut sebagai blogger yang rajin ngeblog. kebanyakan dari mereka tak lagi rutin menjaga konsistensi update blognya. Tak usah sebut nama, tapi lihat saja teman-teman blogger yg paling dekat dengan kita.

Tetapi penurunan semangat update tak serta merta merupakan penurunan kualitas blogging. Tetap ada blogger yang rutin menulis di blog dan tulisannya makin inspiratif, dewasa, cerdas, kreatif, dan yang paling penting, dapat dipertanggungjawabkan validitas informasinya. Kesadaran blogger untuk lebih berperan sebagai pelengkap (kadang disebut: penyeimbang) mainstream media turut memengaruhi kualitas tulisan mereka.

bloggerkembali

Kesimpulannya, meskipun tren ngeblog kian tergeser dengan tren ngetwit, namun tak sampai habis, apalagi melangka. Blog tetap masih memiliki daya pikat yang kuat bagi blogger yang konsisten update. Boleh jadi jumlah blogger yang konsisten lebih sedikit dibandingkan yang menelantarkan blognya, tetapi menurutku itu tak merepresentasikan kemunduran blogger Indonesia secara keseluruhan. Kita masih bisa menemukan blogger yang konsisten update meskipun mereka tak dikenal karena tak terlalu aktif berkomunitas.

Di tengah perbincangan tentang penurunan tren blogging, terjadi peningkatan kreatifitas blogger. Blogger tak hanya mengandalkan kemampuan menulis. Lebih dari itu, mereka dapat menyajikan paparan yang lebih menarik, misalnya dengan kemampuan membuat infografis dan video. Kreatifitas blogger seperti ini patut diapresiasi sebagai contoh kebebasan berekspresi yang positif.

 

2013: Blogger is Back!

Aku sendiri tetap optimis, teman-teman blogger yang telah menelantarkan blognya, suatu saat akan kembali lagi merawat blog yang merepresentasikan dirinya sendiri. Karena bagaimana pun, menulis di blog bisa lebih lengkap, panjang, dan tuntas, ketimbang microblogging yang memang diciptakan untuk bercakap-cakap, bukan sebagai media penulisan selayaknya blog. 

Semoga saja 2013 menjadi tahun kembali. Secara pribadi aku merindukan atmosfer blogging seperti 2004-2007 saat kita ngeblog untuk menulis, menyuarakan ketimpangan yang terjadi di sekitar, atau memaparkan riset dan percobaan tertentu untuk didiskusikan via kolom komentar. Yang kutahu, blogger zaman dulu seperti itu. Mereka ngeblog bukan hanya untuk mengulas (review) atau branding produk tertentu. Meskipun ada tetapi tidak menjadi prioritas utama apalagi menjadi tujuan ngeblog.

Tidak! Aku tak bermaksud membandingkan tren blog zaman dulu dengan sekarang. Ini bukan soal siapa atau generasi mana yang paling baik. Ini bukan tentang baik dan buruk, tetapi hanya pemaparan tentang tren yang pernah kualami saat lalu. Amat kusadari bahwa setiap zaman memiliki tren sendiri. Setiap zaman memiliki perspektifnya sendiri. Aku pun menyadari perkembangan tren, walau dengan beberapa catatan seputar blogger seperti yang pernah kutulis di blog ini pula. 

Lagi pula tak pantas jika kita masih saja memaparkan perbedaan untuk mengklaim lebih baik dan yang lain payah. Kebiasaan seperti itulah yang melemahkan kebersamaan kita sebagai blogger. Diakui atau tidak, dua tahun ini kita terjebak dalam permasalahan yang cukup memalukan. Kita begitu mudah dikotak-kotakkan dan menyempurnakannya dengan nyinyiran di Twitter. Yang lebih memalukan lagi, disadari atau tidak, percekcokan tersebut dirawat secara diam-diam (main belakang) karena saat bertemu muka saling tebar senyuman. 

Kebersamaan dan kesetaraan ini harus kita tegaskan di awal 2013 agar segala “percekcokan berselubung senyum” yang pernah terjadi antara sesama blogger atau antar komunitas tertentu bisa kita usaikan. Permasalahan yang memalukan wajah kita bersama, lebih baik kita jadikan potret usang dalam sejarah blog yang tak tertuliskan. Sudah saatnya kita beranjak dewasa. Jangan betah hidup dalam kepura-puraan. Akrab namun saling menyimpan kepentingan bisnis atau pun motif lainnya yang tak cukup pantas dijadikan alasan sebagai perenggang kebersamaan.

Jabat erat! Kembalilah!

  • 30/12/2012