Mental Medsos ya Beraninya Cuma di Medsos

Gara-gara kang Oboth cerita tentang Farhat x Densu yang lagi rame terkait kasus Agus, aku jadi terpapar konten-konten kericuhan itu deh. Farhat bilang mau hajar Densu, eh pas disamperin… 🤦

Sering banget gak sih kita nemu netizen yang super berani menghujat orang di medsos, tapi pas ketemu langsung langsung kicep? Auto minta maaf pula! 🤔

Kenapa Bisa Gitu Ya? 🧠

Professor John Suler (2004) menjelaskan fenomena ini lewat teorinya yang dikenal dengan istilah “Online Disinhibition Effect“. Intinya nih, orang jadi kehilangan “rem sosial” waktu main medsos. Mereka sadar kalau berada di dunia maya, merasa lebih bebas dan lebih terbuka untuk mengekspresikan diri karena gak ada yang tahu identitas pribadinya atau anonimitas.

Faktor yang bikin orang berasa punya “kekuatan” di medsos itu karena mereka bisa tersembunyi di balik layar anonimitas. Netizen merasa aman karena merasa identitasnya gak bakal ketahuan. Mereka mikirnya “Ah, santai aja, orang juga gak tau siapa gue.” Udah gitu, karena gak ketemu langsung sama lawan bicaranya, orang jadi gak perlu takut mukanya kebaca. Berasa invisible deh pokoknya!

Yang bikin tambah parah, di medsos kita bisa kabur kapan aja. Gak sreg sama balasan orang? Tinggal close app. Lagi panas situasinya? Cabut dulu, urusan belakangan. Mental “gaskeun aja” ini yang bikin orang makin berani. Yang kayak gini biasanya kalau sudah berhasil maki-maki orang, menuding dan menghujat orang, merasa baik-baik saja. Superioritasnya tumbuh, merasa jago, merasa hebat.

Faktor lain yang gak kalah seru, orang-orang di medsos tuh suka main drama. Mereka anggap lawan bicara nggak riil, bukan manusia beneran yang punya perasaan. Jadinya ya gitu, kurang koneksi manusiawinya. Dah berasa kayak aktor drakor kali ya, kalo salah tinggal dicut sama sutradara, lalu acting ulang lagi.

Belum lagi, banyak yang masih menganggap dunia maya dan dunia nyata itu beda. Yang di medsos ya di medsos aja. Jadinya kelakuan online-offline bisa beda 180 derajat. Padahal kita gak bisa mendikotomikan maya dan luna nyata. Keduanya cuma berbeda platform aja, keduanya sebenarnya satu realitas yang disebut mayantara. Jadi realitas yang ada di medsos, ya itulah realitas kita saat ini. Apa yang terjadi di tetanggamu, itulah realitas juga yang kadang suka kamu upload diam-diam ke medsos.

Satu lagi deh, netizen juga merasa di medsos tak berlaku status sosial. Semua dianggap setara, jadi suka kurang rispek. Jadi berani melawan, memaki, menghujat siapa aja selama yakin gak bakal ketemuan.

Parah Gak Sih di Indonesia? 📊

Ngomongin soal kesopanan di medsos, riset Digital Civility Index 2021 dari Microsoft ngasih data yang bikin kita harus mikir panjang nih. Bayangin aja, dari 32 negara yang diuji, Indonesia nyangkut di posisi ke-29! Ini artinya kita masuk tiga besar negara yang paling gak sopan di medsos. Miris banget kan? Banyak banget kasus bully siber dan hate speech yang masih terjadi, dan ini menunjukkan kalau netizen kita masih butuh belajar banyak tentang budi pekerti.

Dampaknya Ngeri-Ngeri Sedap 💀

Nah, “mental medsos” ini dampaknya gak main-main boss. Yang paling kerasa tuh dampak kesehatan mental korban. Gimana gak kena mental coba, tiap hari dihujat atau di-bully. Medsos yang seharusnya jadi tempat sharing malah berubah jadi medan saling tuding. Yang sedihnya lagi, kekerasan verbal sudah dianggap lazim, padahal dampaknya bisa bikin trauma berkepanjangan. Ujung-ujungnya, masyarakat jadi gampang terpecah dan trust issues merajalela. Susah deh mau percaya sama orang di medsos.

Terus Gimana Dong? 🌟

Dr. Patricia Wallace (2015) kasih pencerahan 100 watt buat kita. Yang paling penting katanya, kita harus sadar diri. Eling lan waspada kalo kata Mbah Bejo. Ingat terus kalau yang baca komen kita itu manusia, punya hati dan perasaan. Jadi, sebelum ngetik, mikir dulu ya!

Kalau yang komen troll-buzzer gimana? Ya troll-buzzer juga manusia. Tapi troll-buzzer gak pake perasaan dan hati kan bos? Ya, biarin aja yang penting kita, elu, gue, tetap anggap mereka manusia. Masa lu mau sih kelakuannya jadi sama kayak mereka? Lagian kalo troll-buzzer dilayanin mah, wasting time, buang energi doang. Mending buang hajat di belakang.

Jadi boss, penting banget buat kita latihan berempati. Jangan cuma latihan karaoke. Seringlah melatih empati kita. Bayangkan kalo kita yang digituin, gimana rasanya? Sakit kan? Sudahlah, mending nyebar kebaikan aja deh daripada ikut-ikutan jadi toxic maker.

Oh iya, satu lagi nih yang penting. Kalo sudah mulai terasa emosi pas main medsos, mending break dulu aja. Gak usah maksain buat bales komen atau ikutan war. Kesehatan mental kita lebih penting, bro dari pada pride-pride, prettt!

Rujukan:


Discover more from #blogMT

Subscribe to get the latest posts sent to your email.

2 responses to “Mental Medsos ya Beraninya Cuma di Medsos”

  1. dobelden Avatar
    dobelden

    Merasa anonim itu aman, jadinya netisen barbar, padahal di era saling intip log online si apk, anonimitas itu sudah tidak relevan

    1. mt Avatar
      mt

      mereka lupa kalo netizen kita juga pandai mengorek data dan doxing :)))

Leave a Reply

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.