Terserah Kamu Saja

 

Ngantuk banget hari ini, tetapi mata ini enggan terpejam. Mendengar radio, masih juga mengoceh soal calon presiden dan beberapa pendukung yang dijerat kasus korupsi. Menonton TV, masih juga iklan begituan. Membaca koran, cuma mengganti suara dengan tulisan.
Isinya tetap sama:  Tentang calon Presiden yang akan kita pilih 9 Juli 2014 nanti.

Ada yang mengungkap borok sejarah sang Calon Presiden. Mereka tak setuju dipimpin Presiden yang belum jelas statusnya apakah penculik, pelanggar HAM atau memang orang yang diputuskan tak bersalah oleh pengadilan.

Kenapa ada yang tidak setuju? Mungkin trauma dengan masa lalu, saat militer menjadi mesin canggih Order Baru untuk mengubur idealisme para pembaharu. Mungkin juga mereka takut ditembak kalau suatu saat mereka terjebak dalam rekayasa politik dan kekacauan tanpa otak.

Tetapi, teman. Apakah orang-orang sipil yang kalian andalkan punya nurani dan kejujuran? Buktinya beberapa pemimpin sipil tak jelas bertujuan. Bahkan mereka juga tega makan teman. Yang mereka lakukan hanya melambungkan impian dengan melarang kita bermimpi indah tentang negeri yang bebas dari korupsi.

Tapi, teman. Trauma kalian pada militer adalah kebenaran yang tak bisa dipungkiri. Namun jangan dikotomikan antara sipil dan militer. Menurutku itu hanyalah kata-kata saja. Hanya sebutan saja. Tetap saja negeri ini akan hancur jika Militer atau Sipil yang memimpin itu berjiwa setan atau iblis berjubah agamawan. Seperti setan-setan yang pernah merasuki jiwa para pemimpin dan birokrat negeri ini. Yang tak takut dengan rasa malunya sendiri.

Jadi, teman. Tak usahlah kita ikut-ikutan memaki capres itu. Tak perlu juga berlebihan menyebarkan puja-puji. Biasa saja. Ketika mereka terpilih nanti, dengan sendirinya kita akan dilupakan. Dengan sendirinya mereka akan hanyut dalam pusaran kekuasaan.

Siapa pun pemimpin kita nanti, tak ada artinya jika ia tak berani melawan “The Untouchables” yang selama ini menggantungkan kesuksesan bisnisnya kepada setiap penguasa.

Kadang aku iseng, ingin rasanya selama seminggu tak ada satu pun dari netizen menuliskan status tentang para Capres dan Cawapres itu. Sekadar upaya untuk menormalkan kembali pikiran kita dari hasrat para calon penguasa.

“Tetapi kalau kita diam saja, jenderal pembunuh itu jadi Presiden, Te!” Sergah temanku yang masih menuntut keadilan yang entah disembunyikan di mana oleh para penguasa sebelumnya.

“Tetapi kalau kita diam saja, si kurus yang keturunan China dan antek Yahudi, dan pelaku kristenisasi birokrasi itu bakalan jadi Presiden, Te!” Sanggah temanku lainnya yang masih saja terpenjara dengan isu SARA.

Lalu bagaimana?

Terserah kamu sajalah!

Aku tetap akan memilih tanggal 9 nanti. Siapa yang kupilih?

  • 26/05/2014