Sopir Online Ancam Bunuh Pelanggan

Apa yang kamu lakukan jika ada sopir taksi atau ojek online yang mengancam akan membunuhmu? Serius, ada gitu sopir yang sampai segitunya kalau lagi kesal? Ada.

Sebaran di media sosial tentang pesan-pesan pendek kalangan sopir beraplikasi dengan penumpangnya, rata-rata isinya lucu dan menggembirakan bagi yang membacanya. Tapi minggu lalu temanku mengalami hal yang berbeda. SMS yang ia terima dari sopir beraplikasi tersebut malah membuatnya ketakutan. Ia sudah melaporkan ke perusahaan aplikasi transportasi online di mana sopir tersebut tergabung, tetapi karena respons yang lambat dan tempate customer service, akhirnya temanku memutuskan mengungsi ke luar kota.

Bagaimana tak takut, ia diancam akan dibunuh oleh orang-orang bayaran di tempat tinggalnya atau kantornya, sementara itu perusahaan transportasi online itu garing amat menanggapinya. Gambarannya begini deh,

Pelanggan: Halo, tolong, saya mau dibunuh sama driver Anda!

Customer Service: Terima kasih telah menghubungi kami, ada yang bisa kami bantu?

Pelanggan: Iya, saya diancam, mau dibunuh sama driver Anda, bagaimana tanggung jawab Anda?

Customer Service: Terima kasih, kami mohon maaf atas ketidaknyamanannya. Kami telah menerima laporan Anda, kami akan lanjutkan dengan tim terkait. mohon bersabar untuk menunggu kabar. Terima kasih. 

Kenapa bisa begitu? Apakah pelanggan yang mengalami ancaman pembunuhan itu berlaku tak senonoh atau menghina harga diri sang sopir? Penyebabnya adalah rating 3 bintang plus komentar yang tertulis:

“Pengarahan jalan yang salah… Saya pikir dia tau jalan tercepat menuju tujuan tanpa koordinasi dengan penumpang. Berakibat saya telat sampai kantor. Mohon training lebih baik drivernya.”

Sekitar 5 jam setelah menulis komentar begitu di aplikasinya, ia menerima ancaman pembunuhan melalui SMS, yang potongan kutipan dari ancaman tersebut adalah:

“Maksud elu apa bangsat. Ngerugiin orang laen lu. Elu udah bosan idup di dunia ya…. Anjing lu… Jangan lu bilang gua gak tau aktivitas lu dari …(menyebut lokasi rumah).. ke … (menyebut lokasi kantor)… Gue dor lu di …(menyebut lokasi kantor)… Nanti gua kirim orang bayaran buat ngabisin-bunuh elu.”

Itu hanya cuilan saja. Selengkapnya, silakan baca sendiri:

Keren, ya. Kayak di sinetron TV.

Badewei, tapi ini bukan sinetron. Ini kenyataan yang dialami pelanggan yang mana tak mendapatkan jaminan keamanan dan keselamatan dari perusahaan penyedia layanan tersebut. Perusahaan bisa saja memberikan peringatan kepada sopir karena laporan pelanggan. Perusahaan bisa saja memberikan hukuman sehingga sopir tak bisa dapat job. Bahkan bisa saja memecat sang sopir, tetapi apakah perusahaan yakin, selepas dihukum atau dipecat, sang sopir tidak nyatronin pelanggan yang dia anggap sebagai penyebab dari hukuman yang ia terima?
Ini mesti dipikirkan oleh perusahaan aplikasi transportasi online. Jangan hanya omong kosong melayani pelanggan, tetapi sadari bahwa ini saatnya mencari solusi atas perlindungan pelanggan atau konsumen. Persoalan privasi konsumen ini sudah jadi isu sejak tren aplikasi transportasi online muncul, namun sampai kini tak ada action yang jelas.

Jadi begitulah, SMS sopir online tak selalu lucu. Ada juga yang menakutkan.

Catatan: Aku sengaja tak menayangkan bukti skrinsut aplikasi pelanggan. Cuma SMS sopir saja yang kutampilkan, agar tulisan ini tak dianggap fiksi. Persurelan pelanggan dengan perusahaan juga ada kusimpan dulu. Ya intinya sampai barusan aku dapat update dari korban, sikap perusahaan ya template gitu. Omong doang. Buktinya sampai malam ini korban masih takut tinggal di lokasi yang sudah diketahui oleh sopir yang mengancamnya. Aku sempat bikin cuitanku di Twitter dan DM, meminta kejelasan plan perusahaan dalam melindungi keselamatan pelanggannya. Tapi ya begitu, kesimpulanku sampai tulisan ini kutayangkan, tak ada bukti nyata, bagaimana perusahaan melindungi privasi pelanggan, melindungi keselamatannya, dan minimal mau memediasi perdamaian antara sopir dan korban. Penilaian sementaraku hingga malam ini: perusahaan transportasi online itu tak sungguh-sungguh melindungi keselamatan pelanggannya. 

Lagi, bisa jadi kasus ini bukan satu-satunya yang terjadi. Kebetulan aja temanku kenal blogger jadi ngadunya ke blogger. Boleh jadi ada yang diam saja. Selain itu, boleh jadi bukan cuma satu perusahaan transportasi online saja yang tak benar-benar melindungi pelanggannya. Jangan-jangan semuanya berlaku sama saja, yang penting banyak driver dan pelanggan, sementara fitur keselamatan pelanggan baik pada aplikasi maupun nyata, nggak kepikiran!

foto feature: pexels.com

  • 24/08/2017