Indonesia dari Warung Kopi

warkop

Obrolan di warung kopi sepertinya tak jauh berbeda dengan celotehan di media sosial. Di Facebook dan Twitter, teman-temanku membincangkan berbagai permasalahan di negeri ini. Mulai dari kabar korupsi, KPK, POLRI, hukuman bunuh diri, ISIS, dan tentu saja menyinggung para tokoh yang berada dalam lingkaran isu tersebut. 

Gara-gara tukang nasi uduk nggak jualan, pagi ini aku sarapan di warung kopi. Ketika ku datang sudah ada 5 orang yang berbincang. Sepertinya serius tapi santai. Sepanjang menunggu pesanan mie rebus dan teh manis kelar, aku menyimak obrolan mereka.

Rupanya yang dua orang punya obrolan berbeda dengan yang tiga orang di sebelahnya. Dua orang ini asyik membincangkan batu akik. Tiga orang di sebelahnya membahas keadilan di negeri ini yang selalu tak menyentuh rakyat jelata. 

“Di sini mendingan jadi koruptor. Nggak bakalan dihukum. Kalaupun diancam hukuman, bisa bayar tebusan atau pesan penjara kelas mewah.” salah satu dari yang bertiga bicara.

“Iye, giliran nenek-nenek cuma ngambil kayu sedikit. Itu juga bukan buat cari kekayaan, eh dihukum. Ini yang ngurus negara goblog!” sentak temannya.

“RI Hadapi Ancaman Serius. Nih baca, nih!” Salah seorang di antara mereka memberitahukan headline koran pagi ini. “Ini orang-orang Indonesia yang baiat ke ISIS nggak punya otak kali ya? Dari pada jihad di negara orang, mending jihad di sini. Bunuhin aja tuh koruptor dan pengedar narkoba.”

“Iya tuh. Saya heran, koq orang ngedalemin agama jadi demen perang, ya?” 

“Agamanya sih gak salah. Yang setan itu yang ngurus agamanya. Itu jangan-jangan iblis lagi nyamar jadi ustadz!” sambung yang melipat koran pagi.

“Gue pikir Jokowi bisa beresin negara ini, ternyata…” keluh salah seorang sambil menindas puntung rokok di tatakan gelas kopinya.

“Lu nyesel milih Jokowi? Gue sih kemaren tetep golput. Soalnye gue nggak suka sama Prabowo, Megawati, JK, Hendropriyono. Jadi gue tetep bangga bertahan jadi Golput, hahaha…”  

Aku menikmati makanan pesananku. Mie rebus pakai telor. Sementara mereka masih membincangkan hal lain yang menjadi kabar-kabur sebuah negeri yang belum pernah sekali pun punya Presiden yang benar-benar mencintai rakyatnya sendiri. Sebuah negeri yang politisinya sibuk mencari uang untuk partai dan pemuas keluarganya sendiri. Sebuah negeri yang, ah sudahlah…

 

  • 13/03/2015