Got

Di Jakarta, sepanjang perjalananku, kulihat banyak selokan di setiap sisi jalan. Yang besar maupun yang kecil. Selokan atau got adalah satu-satunya cara atau tempat yang tepat untuk mengaliri air pembuangan dari rumah-rumah, perkantoran, pusat perbelanjaan, WC umum, dan semua tempat yang di dalamnya dibutuhkan air oleh penghuninya. 

Kalau begitu adanya got vital sekali. Bukannya aku mencari-cari sebab untuk memusingkan kepala yang sudah penat dengan segala permasalahan yang menekan. Tapi memikirkan tentang got ini spontan muncul begitu saja.

Bisa dibayangkan, betapa kotornya suatu daerah, misalnya Jakarta, kalau tidak ada got. Air pembuangan akan menyebar kemana saja yang memungkinkan sebagai tempat penampungan. Dan tempat-tempat yang lebih rendah, lubang di sekitar jalan rumah, pasar, gedung bertingkat, dan sebagainya adalah penampungan terakhir. Kotor sekali jadinya Jakarta ini. Belum lagi kuman-kuman yang mengundang penyakit. Di situlah tempatnya.

Mungkin kamu pernah ke pasar tradisional di pinggiran kota. Selalu saja ada jalan becek. Ngeri sekali kalau aku harus melewatinya dan merendam sepatuku di genangan air itu. Memang pada musim kemarau jarang terlihat genangan air. Mungkin akibat panas yang semakin menyengat membuat daya serap tanah makin kuat. Sialnya, mentang-mentang genangan air tak kelihatan, penduduk Jakarta masih sembarangan saja membuang sampah. Ternyata peraturan “Dilarang Membuang Sampah Sembarangan” hanya jadi pelengkap rambu-rambu saja.

Di salah satu terminal bis kota pernah kulihat tiang pelarangan itu berdiri tegak di antara sampah-sampah yang bertebaran dan mojok di sudut-sudut terminal. Aku tidak yakin kalau orang-orang yang lalu-lalang di terminal itu tidak bisa membaca. Atau mungkin masyarakat Jakarta ini bodoh? Tak tahulah. Yang jelas, sekolah, perguruan tinggi, makin ramai didirikan, media massa makin beragam dan canggih, mulai dari media cetak hingga elektronik. Tapi kenapa masyarakat masih saja bodoh bahkan untuk kelangsungan hidupnya sendiri? Barulah kalau hujan mulai turun, mereka terkejut oleh berita tentang ancaman banjir.

Banjir itulah satu-satunya musibah yang bisa mengingatkan bahwa got itu sangat penting dirawat. Got itu bukannya tempat penampungan air buangan. Got itu hanya saluran yang mengalirkan air buangan menuju sungai, lalu ke muara, hingga ke laut. Lebih parah lagi kalau got itu dianggap sebagai tempat sampah. Sekali lagi, got itu saluran, bukan penampungan! Jangan kita salah memperlakukannya. Saluran itu harus dirawat agar apa yang kita salurkan sampai ke tempat yang semestinya. Kalau saluran dijadikan sebagai tempat penampungan, wajar saja kalau mampet terus. Apalagi sampah budaya saat ini makin beragam. Kalau salurannya macet atau mampet, maka “sampah kebudayaan” itu akan menjadi ancaman bagi semua pihak. Maka dari itu, sejak dini got harus dirawat sesuai fungsinya. Begitu saja tulisan tentang got.

8 Oktober 1997

  • 02/11/2008