Blogger Mau Apa?

Di ujung tahun 2012 ini aku berpikir kembali tentang aktifitas sebagai blogger. Sempat berencana ingin menghentikan semua kegiatan blogger. Tapi rencana tinggal rencana. Nyatanya aku masih saja ngeblog. Kenapa masih? Memang apa sih enaknya ngeblog? Pertanyaan seperti itu bukan sekadar dari teman-teman, tapi aku sendiri sempat memikirkannya.

Persliweranku dalam ranah blog boleh jadi memengaruhi apa yang belakangan ini kupikirkan. Jenuh? Ya. Kejenuhan memang bisa saja dialami setiap orang. Tetapi kejenuhan rupanya tak menjadi alasan yang kuat untuk berhenti ngeblog. Terlalu banyak solusi untuk mencairkan kejenuhan. Bisa dengan bercengkrama dengan teman-teman blogger, mengikuti kegiatan blogger mulai dari yang “haha-hihi bikin hepi” hingga yang menambak kerutan di dahi. Ya, paling banter kejenuhan berdampak hanya mengurangi jadwal ngeblog saja. Dari seminggu empat kali posting, jadi hanya satu kali saja.

Sebelum kubahas apa saja yang membuat jenuh, ada selingan sedikit tentang apa saja yang kulihat dalam persliweranku di ranah blog?

blogger MAU apa

 

Blogger-Review

“Blogger sekarang mata duitan! Kalau tak dibayar, tak mau datang ke berbagai undangan. Tulisannya kebanyakan review produk.” Begitu seloroh temanku sesama blogger.

Boleh jadi temanku cuma melampiaskan kekesalannya saja, setelah mengunjungi beberapa blog (blogwalking) yang isinya sama. Kupikir wajar jika ia berseloroh seperti itu. Hari itu boleh jadi hari sial baginya. Bukan tentang produk yang ditulis yang membuatnya kesal, tetapi kekurangkreatifan blogger dalam mengulas. Yang ia tahu, sebuah ulasan (review) biasanya ditulis berdasarkan pengalaman dalam memakai sebuah produk atau layanan tertentu. Atas dasar itulah sepantasnya blogger menulis dengan gayanya sendiri. Tidak mencontek mentah-mentah dari brief yang diberikan agen atau perusahaan yang memesan tulisan.

Boleh jadi sepuluh orang blogger menulis tentang sebuah layanan baru dari operator telekomunikasi. Tetapi jika kesepuluh blogger tersebut mau lebih kreatif dalam mengerjakan “job“, pasti akan dihasilkan sepuluh tulisan yang berbeda sudut pandang atau pun latar atas sebuah produk yang sama. Temanku berandai-andai, jika ia orang yang pegang brand yang diulas itu, tentu tak mau lagi memakai blogger yang hanya memindahkan brief yang sudah disiapkannya. Apa lagi jika ada blogger yang mencontek tulisan blogger lainnya. Sudah tentu akan ia black list dari daftar blogger-review.

Blogger-Reporter

Blogger sering juga mendapatkan pekerjaan untuk menghadiri acara tertentu. Ada yang kehadirannya dibalas dengan cinderamata dalam sekantung goody-bag, ada juga yang diselipkan pengganti ongkos jalan, bahkan dibayar kontan. Kupikir hal itu tak menciderai kredibilitas blogger, selama tak ada paksaan untuk menuliskan kebohongan. Di sinilah blogger yang menjadi reporter harus menjaga kehormatannya. Misalnya karena diundang politikus yang terjerat kasus korupsi, lalu secara serampangan (tanpa data) dan berlebihan blogger membela politikus tersebut. Berdasarkan pengalamanku, khusus untuk tawaran semacam ini, kita harus berani menjelaskan sejak awal apa yang tidak bisa kita tulis dan apa yang bisa. Jangan terjebak pada nilai bayaran sebelum jelas diterima atau tidak sikap kita.

“Ah, tapi blogger sekarang tak bakalan mau datang kalau tak dibayar!” Tuduh teman yang bekerja pada sebuah jasa kurir. Ia mengacu pada beberapa kali undangan yang ia sebarkan tetapi tak ada satu pun blogger yang datang.

Dalam konteks ini, aku tak berani menyalahkan blogger yang tak menghadiri undangan. Bisa saja pada saat yang bersamaan blogger tak bisa meninggalkan pekerjaan utamanya. Maklumlah, blogger itu bukan pekerja media mainstream (wartawan) yang memang sudah pekerjaannya mencari berita. Bahkan bisa jadi blogger tak bisa datang lantaran tak punya ongkos. Maklum lagi, karena blogger bukan pekerjaan yang mendapatkan gaji bulanan selayaknya pekerja media mainstream. Jadi, tak ada salahnya bila perusahaan mengerti juga blogger mana dan seperti apa yang mereka undang. Kupikir pantaslah jika mengundang blogger dari Bandung (misalnya) untuk menghadiri undangan di Jakarta, lalu memberikan sekadar pengganti ongkos jalan.

Blogger-Contest

Ada juga blogger yang rajin menghadiri suatu undangan karena sebelumnya sudah diumumkan akan ada lomba blog, lomba livetweet, dan semacamnya. Memalukan? Jelas tidak! Namanya juga blogger. Passion-nya berbeda-beda. Ada yang senang me-review, reportase, ada juga yang ingin menguji kemampuannya melalui aneka lomba.

“Ah, paling tujuannya cuma hadiah!” Temanku makin nyinyir.

Namanya juga lomba berhadiah, pasti targetnya menjadi pemenang. Itu wajar. Normal. Yang patut dicurigai ketidakwajarannya adalah blogger yang tak suka ikut lomba, tak datang pada launching lomba, tapi marah-marah saat ia tak jadi pemenang. (ini jelas gue ngelantur).

Blogger apa lagi?

Paparanku di atas sebenarnya bukan pengotakan blogger dalam minat tertentu. Hanya sekadar ilustrasi berdasarkan perbedaan tawaran dan bayaran saja. Boleh jadi faktanya ada blogger yang mampu melakukan semuanya; review, reportase, lomba, dan bahkan ada juga blogger yang sekadar menghadiri suatu acara hanya menambah wawasan dan mencari bahan update. Yang seperti ini kusebut bukan “blogger semuanya“, tetapi “blogger semaunya“. Biasanya mereka lebih bebas berekspresi. Mau dibayar atau tidak, blogger seperti ini tetap update.

Kembali pada apa yang kutulis di awal, tentang kejenuhan seorang blogger yang tentunya dapat dialami oleh semua orang yang menjadikan blog sebagai kegiatannya. Faktor apa saja yang memengaruhi seorang blogger sehingga berhenti ngeblog? Beberapa di bawah ini boleh jadi menjadi pemicu kejenuhan;

  • Tulisan
    Boleh jadi blogger jenuh karena tulisannya sendiri yang monoton. Ia merasa mentok untuk menuliskan ide baru di blognya.
    Solusinya biasanya dengan meningkatkan kemampuan diri; Banyak jalan untuk memperhatikan sekitar, banyak berdialog, dan banyak membaca.
  • Kegiatan
    Sejak 2007 blogger sering menyelenggarakan kegiatan yang substansinya sama saja: menambah wawasan dan pengalaman dalam menggunakan social media (blog, twitter, facebook, e-bisnis, dan lainnya). Tentu wajar jika di ujung 2012 ini banyak blogger yang mengalami kejenuhan akut sehingga enggan datang kopdar maupun seminar dan workshop.
    Untuk masalah seperti ini solusinya bisa dengan beberapa saat menepi, menyepi, atau bahkan tetap kopdar namun tanpa muatan yang serius. Hanya sekadar ngobrol ngalor-ngidul, ngopi, dan kesederhanaan apa saja, seperti misalnya yang dilakukan oleh para peneras di #kandangkambing atau camping.
  • Popularitas
    Ada juga blogger yang semakin terkenal menjadi semakin jarang update blog. Hari-harinya lebih sering berkeliling untuk berbagi pengalaman kepada orang lain.
    Tak ada solusi bagi yang mengalami seperti ini kecuali memanfaatkan teknologi yang memudahkannya mengupdate blog, misalnya dengan gadget yang memiliki aplikasi untuk update blog. Banyak aplikasi Android maupun IOS untuk solusi seperti ini.
  • Pekerjaan
    Tidak sedikit blogger yang tak mengupdate blognya karena sulit meninggalkan pekerjaan. Tanggung jawab yang makin bertambah tentu tak menyisakan sedikit waktu untuk update.
    Solusinya cukup satu kata: Maklum. Kapan waktu, mulai saja ngeblog sesuka-hati.

Apa lagi sih menurut teman-teman? Lalu apa solusinya?

 

Author: MT

32 thoughts on “Blogger Mau Apa?

  1. ya, kita utamakan kebebasan dengan membebaskan blogger sesuai pilihannya 🙂
    makasih bro!

  2. aku mau jadi blogger apa ya?

    *aku merasa jadi blogger abal-abal*

    😐

    yang pasti kejenuhan pada point tulisan dan pekerjaan utama harus saya renungkan.

    makasih pencerahannya om. 🙂

    1. wah jangan merasa abal-abal, nanti diabal=abalin sm temen sendiri. kita jalani aja apa adanya. nggak update, biasa aja, jangan merasa berdosa. kita berpikir positif aja, ada mood, ya update! 🙂

  3. Akhirnya bisa login juga 🙂
    Tulisan ini membuat saya meraba-raba, saya termasuk yang mana, kalau menurut MT? Sulit untuk menilai diri sendiri. Yang jelas, tulisan ini menunjukan sisi blogger yang mulai mencari keuntungan dari blognya atau dirinya.
    Ini bisa jadi memang tawaran semakin banyak, yang tentu juga membuat blogger semakin kepincut untuk menerimanya, baik review, reportase atau kontes.

    Tentang kejenuhan, saya juga semakin jenuh dengan tulisan yang panjang, sekarang mulai suka ngeblog untuk diri sendiri. Menulis, mengupload foto yang mungkin bagi kebanyakan orang tak bernilai. Tapi kepuasan diri sendiri yang penting.

    1. Kalau menurutku mas KS fokus dalam dunia pendidikan. itu penting! soal kejenuhan, manusiawi koq. aku aja lagi jenuh. semalam sebenarnya gak mau nulis, tapi eh malah kepingin menulis ttg kejenuhan yg sedang dialami 😀

  4. Bener sekali nih si om, semoga ga jenuh lagi om atau banyak-banyak jenuh, supaya dapet ide ngeblog, he he, salam kenal

  5. Di bagian ‘Blogger Apalagi?’ Kang MT menulis kata “pengotakkan” dengan kata dasar ‘kotak’ apakah huruf K pada imbuhan peng-an memang meluruh?
    Contoh: pengkaderan atau pengaderan?
    Kalau memang luruh lalu apa bedanya dengan kata OTAK?
    Otak : pengotakkan juga kan?

    1. yang kutahu, huruf k, p, t, s, meluruh. berdasarkan kamus KBBI penulisannya spt itu: pengotakkan. 🙂

      ko·tak n 1 peti kecil tempat barang perhiasan, barang kecil, dsb; 2 petak: setelah panen, — sawah itu ditaburi dng benih ikan; 3 Olr tingkatan atau tempat yg tiada masuk dl hitungan: dl babak penyisihan kesebelasan itu sudah masuk –; 4 cak ruang (bidang) empat persegi: di dalamnya terdapat dua kolam renang, satu berbentuk lingkaran dan satunya lagi berbentuk –;
      — hitam kotak kecil yg ditempatkan pd ekor pesawat terbang yg dapat merekam pembicaraan antara pilot pesawat dan petugas menara pengawas atau suara dl pesawat terbang; — kontak El suatu titik pd instalasi listrik dl gedung yg menjadi tempat pengambilan arus; — perkakas kotak yg berisi seperangkat perkakas untuk menukang dsb; — pos kotak di kantor pos yg disewakan kpd pelanggan, kuncinya dipegang oleh orang yg berlangganan surat untuk pelanggan dapat dimasukkan ke dl kotak tsb dan dapat diambil sewaktu-waktu oleh pelanggan; — saran tempat menampung surat berupa usul dan saran; — sarang Tern kotak tempat kelinci bersarang dan beranak; — suara kotak dl pemilihan calon anggota DPR (lurah, dsb) kotak tempat memasukkan lembaran yg sudah diisi oleh pemilih; — surat kotak tempat surat di depan rumah, surat untuk penghuni rumah dapat dimasukkan ke dl kotak tsb, dan dapat diambil sewaktu-waktu oleh pemiliknya;
      ber·ko·tak-ko·tak v 1 terdiri atas banyak kotak; 2 berpetak-petak; 3 terbagi-bagi; terpecah-pecah: jangan memandang persoalan itu secara sempit dan ~;
      me·ngo·tak v menjadi berkotak-kotak;
      me·ngo·tak-ngo·tak·kan v membuat batas-batas lingkungan sehingga yg satu dng yg lain terpisah; memecah-belah (golongan, kelompok, dsb): golongan kiri berusaha ~ masyarakat agar mudah dihancurkan;
      ter·ko·tak v cak (sudah) masuk kotak; tidak masuk hitungan lagi (dl pertandingan dsb);
      ter·ko·tak-ko·tak v terbagi-bagi; terpisah-pisah; terpecah-pecah: kaum muda hendaknya jangan berjuang secara ~ sebab hasilnya tidak baik;
      pe·ngo·tak·an n proses, cara, perbuatan menjadikan berkotak-kotak (berpetak-petak);
      pe·ngo·tak-ngo·tak·an n pemisahan menjadi berkotak-kotak (berpetak-petak)

      awalnya kutulis “pengotakkan” kini sudah kuperbaiki jadi “pengotakan” (1 k). terima kasih, Enggi!

      1. kalau kata Otak, dalam kamus seperti berikut:

        1otak n 1 benda putih yg lunak terdapat di dl rongga tengkorak yg menjadi pusat saraf; benak: dia tewas dl kecela-kaan itu, kepalanya pecah dan — nya berceceran; 2 ki alat berpikir; pikiran; benak: tajam — nya, pandai; miring — nya, agak gila; memeras (memutar) — , memikirkan dng susah payah; 3 ki biang keladi; tokoh; gembong: — kejahatan, yg merencanakan (memimpin, mengepalai) suatu kejahatan;
        — ayam ki otak udang; — besar Anat bagian depan otak manusia yg berukuran besar, berlekuk dalam, membujur berwarna abu-abu, yg membentuk bagian terbesar dr sistem saraf pusat; serebrum; — depan otak besar; — encer ki cerdas; pintar; — kecil Anat bagian belakang otak manusia, yg terletak membelakangi bagian otak besar yg berlekuk-lekuk dalam, merupakan bagian dr sistem saraf pusat yg berkaitan dng gerakan otot refleks, bentuk tubuh, dan keseimbangan tubuh serebrum; — miring ki agak gila; — te- lum ki otak udang; — udang 1 ki sukar mengerti; bodoh; 2 pohon medang melukut; bengkaras, Norrisia malaccensis
        ber·o·tak v 1 berakal; mempunyai pikiran; mempunyai kecerdasan yg baik: anakmu tidak -; 2 mempunyai otak: apakah udang ada yg -?;
        – tajam ki pandai;
        meng·o·taki v mengatur siasat, memberikan pikiran yg dilakukan secara rahasia (tidak terang-terangan); mendalangi: ia dituduh – berbagai kegiatan pencurian pd beberapa kantor pemerintah dan sekolah

  6. Susah kaliii mau komen ini. Udah login kok balik lagi ke Home ini kang :p.

    Aku pribadi setuju dengan ulasan ini.
    Setiap blogger punya passion sendiri, dan saat ingin memutuskan jadi blogger profesional tentu harus menjaga betul kualitas dirinya, cth tidak terlalu jualan saat diminta mereview.
    Kemudian brand yang mengundang juga memang sepantasnya memahami bahwa blogger bukan pekerja berita tetap. If you demand for a reportase post, kenapa tidak mengeluarkan budget sbg fee? Bila tidak ada tentu tak perlu memaksa. Beda dengan wartawan yang memang itu tugasnya….

  7. Saya, saat ini, gak masuk salah satupun ke dalam bagian yang kang MT tulis diatas. Saya sungguh payah, selama tahun 2012 hanya posting satu buah tulisan. Kayaknya harus ada hal yang “membakar” sehingga passion untuk menulis kembali menggebu. Saya belum menemukannya. Semoga dengan memulai bw kembali saya menemukan semangat menulis lagi. Sopo nyono…
    Salam.

  8. Kalau saya mungkin masih masuk kategori ‘BLOGGER SEMAUNYA”..mau lagi susah,mau lagi senang,mau lagi bokek,mau lagi stress,mau lagi jatuh cinta,mau nggak dibayar,mau nggak dikasih goddy bag..tetap aja gak bosan nulis artikel di blog sampe hari ini..asalkan isi otak lagi mood aja..hehehe

Menurutmu?